ANALISIS PENGAMBILAN SAMPEL AIR
ACARA
III
HASIL
ANALISIS PENGAMBILAN SAMPEL AIR
I.
TUJUAN
Mampu mengetahui temperatur
, pH, DHL (Electry Conductivity) , Turbidy (kekeruhan) suatu sampel air sungai
Brantas.
II.
ALAT DAN BAHAN
1. Sampel air sungai yang diambil di tepi arus
2. Sampel air sungai yang diambil di tali arus
3. pH meter
4. Water Checker
5. Aquades
6. Gelas beker
7. Termometer
8. Tisyu
III.
DASAR TEORI
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut,
danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya
terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan
arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali
berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan
pengendapan di sepanjang sungai. Sungai merupakan
jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke
sungai yang lain. Sungai juga salah satu bagian dari siklus hidrologi.
Dengan
melalui Sungai merupakan cara yang biasa bagi
air hujan yang turun di daratan untuk mengalir
ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau.
Air dalam Sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es
/ salju.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang
mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk
sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan
tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut
dikenali sebagai muara sungai.
Untuk mengetahui kualitas suatu air sungai , harus dilakukan
penganalisisan terkait temperatur
/ suhu , pH, DHL (Electry Conductivity) , Turbidy (kekeruhan), dan DO (Demain Oxygen).
Temperatur atau Suhu adalah variabel yang menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin
panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam
bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin
tinggi suhu benda tersebut.
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu
cairan untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas).
DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu
larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi,
suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm.
Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling
(aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami
sekitar 20 – 1500 µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003)
diketahui bahwa pengukuran DHL berguna dalam hal sebagai berikut :
a.
Menetapkan
tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.
b.
Memperkirakan
efek total dari konsentrasi ion.
c.
Mengevaluasi
pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
d.
Memperkirakan
jumlah zat padat terlarut dalam air.
e.
Menentukan air
layak dikonsumsi atau tidak.
Jadi,penggunan DHL sebagai parameter kuaitas air
bertujuan untuk mengukur kemampuan
ion-ion dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan
mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation
dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air
dapat dijadikan indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang
ditunjukkan pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan
kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus
listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung
dalam air.
Sungai Brantas
Sungai
Brantas adalah sebuah sungai di Jawa timur. Sungai ini merupakan yang
terpanjang kedua di pulau jawa setelah Sungai Bengawan solo, dengan panjang
320 km dengan daerah aliran seluas 12.000 km2, atau lebih
kurang seperempat luas wilayah propinsi Jawa Timur. Sungai Brantas bermata air
di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar,
Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini
bercabang dua menjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah
Porong, Kabupaten Sidoarjo) (wikipedia, 2008). Jumlah penduduk di wilayah ini
14 juta jiwa (40 % dari penduduk Jawa Timur), dimana sebagian besar bergantung
pada sumberdaya air, yang merupakan sumber utama bagi kebutuhan air baku untuk
konsumsi domestik, irigasi, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik
(Anonymous,1996).
Daerah
Pengaliran Sungai (DPS) Brantas terletak di bagian barat Propinsi Jawa
Timur. Aliran sungai utamanya melingkar mulai dari Sumber Brantas di lereng
Gunung Anjasmara dan dari lereng barat Gunung Semeru, kedua aliran tersebut
bertemu di daerah Pegunungan yang masuk wilayah Kota Batu. Dari hilir Waduk
Karangkates, aliran Sungai Brantas mengarah ke Barat melalui Kota Blitar
dan berbelok ke utara menuju Kediri. Dari Kediri melalui Nganjuk, berbelok ke
timur melewati Jombang, Kertosono, Mojokerto. Pada hilir Kota Mojokerto, Sungai
Brantas terpecah dua menjadi Kali Mas dan Sungai Porong.
Sepanjang
aliran Sungai Brantas dan anak sungai-anak sungai terdapat bendungan dan
waduk serbaguna, yaitu Waduk Selorejo di Ngantang (Kabupaten Malang), Waduk
Sengguruh dan Karangkates di Kepanjen (Kabupaten Malang), Waduk Lahor
yang airnya dialirkan ke Waduk Karangkates melalui terowongan bawah-tanah,
Waduk Wlingi-Raya dan Waduk Kesamben di dekat Blitar, dan Waduk Widas di dekat
Nganjuk.
IV.
LANGKAH KERJA
-
Dilakukan
secara manual
1. Siapkan 2 buah gelas beker dan cuci dahulu dengan Aquades
untuk mensterilkan gelas beker.
2. Keringkan gelas beker tersebut dengan tisyu.
3. Kemudian tuangkan sampel air tersebut pada gelas beker
hingga mencapai garis pada gelas beker yang paling tinggi.
4. Untuk menganalisis temperature nya , masukkan termometer ke
dalam gelas beker dan tunggu hingga 2 menit kemudian lihat angka pada
termometer tersebut .
5. Setelah mengukur temperature nya , kemudian masukkan pH
meter ke dalam gelas beker dan lihat perubahan pH nya selama 2 menit Juga dan
lihatlah Jarum pHmeter menunukan angka berapa.
-
Dilakukan
dengan menggunakan Water Checker
1. Siapkan water checker dan wadah airnya. Cuci dahulu wadah
airnya untuk mensterilkan dengan aquades.
2. Kemudian keringkan terlebih dahulu menggunakan tisyu .
3. Analisis pH , Kondisi, Turbidy, Do, Temperatur, Salinitation
dengan menggunakan water checker
V.
HASIL PRAKTIKUM
Hasil analisis dengan
metode manual
|
Sampel air tali arus
|
Sampel air tepi arus
|
Ph
|
7,9
|
7,6
|
Suhu / temperatur
|
27,1˚C
|
28,5˚ C
|
Hasil analisis dengan menggunakan
water checker
|
Sampel air tali arus
|
Sampel air tepi arus
|
pH
|
8,36
|
7,82
|
Cond
|
0,266 ms/cm
|
0,204 ms/cm
|
Turb
|
58
|
64
|
Do
|
0,04 mg/l
|
0,04 mg/l
|
Temp
|
28,7˚C
|
28,1˚C
|
Sal
|
0,01%
|
0,01%
|
VI.
PEMBAHASAN
Pengambilan
sampel adalah mengumpulkan volume tertentu suatu badan air yang akan diteliti,
dengan jumlah sekecil mungkin tetapi masih dapat mewakili (representatif) dan
masih mempunyai semua sifat-sifat yang sama dengan badan air tersebut. Sampling
dibagi menjadi 3 langkah yaitu sebagai berikut: pengambilan sampel yang
representatif; transport serta pengawetan sampel dan analisa kimia sampel.
Pada saat
pengambilan sampel air botol yang akan digunakan untuk mengambil sampel harus
bersih, dan telah dibilas dengan air suling atau aquades terlebih dahulu dan
dikeringkan. Hal yang sama juga berlaku untuk alat-alat pengambilan sampel,
seperti pipa, pompa dll, harus bersih dan tidak mengandung sisa dari bekas
sampel yang lama, agar tumbuhnya jamur dan lumut bisa dicegah. Demikian pula
adanya kontaminasi logam dari alat.
Sampel dapat
diambil secara terpisah, dengan mengunakan ember, botol plastik atau kaca
(terbuka dan diperberat, misalnya dengan cincin timah hitam, pada lehernya)
yang diikat dengan tali, kemudian dimasukkan ke dalam sungai, saluran, sumur
dan sebagainya, sampai terisi penuh dengan sampel. Untuk mengambil sampel pada kedalaman
tertentu, disediakan botol tertutup yang dapat membuka bila sampai pada
kedalaman yang dikehendaki. Hal ini dilakukan agar hasil analisis air sampel di
laboraturium mewakili hasil sesungguhnya di lapangan.
Sampel
sebaiknya atau pada umumnya harus mengisi botol pengambilan hingga penuh dan
botol tersebut harus ditutup dengan baik untuk menghindari kontak udara. Salah
satu cara pengawetan sampel yang umum adalah suasana dingin; sampel diangkut
dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa atau es kering (CO2) lalu
disimpan dikulkas atau freezer.
Pengawetan
sampel air bertujuan untuk menstabilkan kualitas air agar dapar dianalisis
untuk jangka waktu yang lama. Karena pada umumnya suatu sampel air akan berubah
kualitasnya jika disimpan terlalu lama. Ini mengakibatkan proses analisa
menjadi terhambat karena munculnya beberapa gangguan akibat kualitas sampel air
yang berubah. Gangguan-gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan pengangkutan
sampel sehingga dapat berubah sifat dan keadaan asli sampel (sampel menjadi
tidak representatif), adalah sebagai berikut :
a.
Gas
seperti O2 danCO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dari air sampel ke
udara;
b.
Zat
tersuspensi dan kolodial dapat membentuk flok-flok sendiri dan mengendap
sehingga terdapat sampel yang berbeda dengan keadaan asli; paling sedikit
lumpur tersebut harus dijadikan suspensi lagi secara merata sebelum analisa,
dengan mengocokkan botol simpanan; sedangkan zat dan cairan yang ringan
(lumpur, lemak, minyak dan seterusnya) dapat mengapung pada permukaan sampel;
c.
Beberapa
zat terlarut dapat dioksidasikan oleh oksigen terlarut hingga senyawa berubah,
misalnya, Mn2+terlarut dapat dioksidasi oleh oksigen menjadi MnO2 yang dapat mengendap
sehingga “hilang” dari larutannya;
d.
Beberapa
zat terlarut dapat bereaksi, misalnya Ca2+dan CO32- dapat menjadi CaCO3 yang
mengendap; hal tersebut terjadi bila nilai pH berubah, misalnya karena kadar
CO2tidak tetap sama, atau karena pertumbuhan ganggang;
e.
Lumut,
ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang tidak tersimpan pada tempat
gelap dan dingin atau bila pHnya rendah; zat organis (seperti BOD dan COD) akan
terus dicerna oleh bakteri yang aktif;
f.
Populasi
bakteri dapat berubah secara menyeluruh dalam waktu beberapa jam saja hingga
merupakan gangguan bagi analisa mikrobiologi.
Gangguan tersebut biasanya muncul apabila air sampel terkena sinar
matahari dalam waktu yang lama. Pada botol sampel air yang diambil di tepi
sungai ketika pengambilan sampel tidak menunjukkan adanya warna hijau yang
menempel pada botol, namun sehari kemudian ada sedikit lumut yang menempel pada
botol bagian samping.
pH menunjukan konsentrasi H+ dalam air, pH air standar untuk
keperluan air minum berkisar 6,5-8,5. pH air dipengaruhi oleh banyaknya mineral
atau zat terlarut, CO2 terlarut, aktivitas bakteri, turbulensi air, limbah
buangan manusia (limbah rumah tangga dan limbah industri). Pengaruh pH air
apabila terlalu asam/basa maka akan menyebabkan korosi (melarutkan logam),
banyak biota air yang mati pada pH<5 dan >9. Mineral dalam air membentuk
system buffer alamiah sehingga pH air stabil, berbeda dengan aquadest yang
sudah dihilangkan mineralnya (demineralisasi) sehingga pH nya cenderung kurang
stabil. CO2 yang terlarut dalam air juga mempengaruhi pH air karena CO2 yang
terlarut dalam air membentuk ion bikarbonat yang bersifat asam, hal ini
berdasarkan reaksi CO2 + H2O ↔ HCO3-.
Selain hal-hal tersebut aktivitas bakteri juga berpengaruh terhadap
pH air dimana bakteri aerob (bakteri yang memerlukan oksigen dalam proses
pertumbuhannya) akan mengubah zat organik dalam air dengan menggunakan oksigen
akan menghasilkan NO2/NO3, SO2 dan CO2. CO2 ini yang akan menyebabkan air
menjadi asam seperti yang sudah dijelaskan di awal. Berbeda dengan bakteri
aerob, bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen dalam proses
pertumbuhannya) akan mengubah zat organik dalam air menjadi CH3, H2S, NH4. NH4+
yang terbentuk akan mengakibatkan air menjadi basa karena terbentuknya NH4OH.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan water checker, Ph air yang
menunjukkan angka kisaran 7,82 – 8,36 baik di tepi maupun di tali arus bisa
digunakan untuk air minum sesuai dengan standart yang berlaku. Walaupun Ph
maksimal 8,5 namun, air sampel masih bisa dikonsumsi. Tingginya pH air
disebabkan oleh masuknya limbah rumahan seperti sisa deterjen baju dan limbah
lainnya.
Kekeruhan dalam air dapat disebabkan antara lain oleh
bermacam-macam zat yang tersuspensi dalam air, dari mulai bentuk koloidal
sampai bentuk lumpur kasar (dispersi kasar), Kadar zat organic yang tinggi,
Adanya besi dan mangan yang kadarnya tinggi dalam air, menyebabkan kekeruhan,
karena Fe(OH)3 yang tidak larut. Tinggi rendahnya kekeruhan dalam air
dipengaruhi oleh banyak dan besarnya turbulensi (luak) air tersebut. Contoh:
Air danau yang tenang (turbulensinya kecil dan sedikit) pada umumnya kadar
kekeruhannya rendah dibandingkan dengan air sungai yang bergerak (turbulensinya
besar dan banyak). Apabila dalam keadaan banjir, maka umumnya kekeruhan tinggi.
Suhu air sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses biologi
dan kimia dalam sistem aquatik. Suhu air yang terlalu tinggi mengakibatkan
oksigen yang terlarut atau DO level pada air rendah. Karena semakin tinggi suhu
air, kelarutan oksigen semakin rendah. Sebaliknya kelarutan oksigen akan
semakin tinggi jika suhu air normal. Hal ini disebabkan karena air dan oksigen
bebas berikatan secara fisika.
VII.
KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa kualitas air sungai dapat berubah seiring dengan adanya faktor
yang masuk ke dalam badan air. Semakin
tinggi nilai Ph maka air tersebut tidak dapat digunakan sebagai air layak
konsumsi. Air yang keruh belum tentu mengindikasikan bahwa air tersebut
tercemar berat. Namun, harus melihat kondisi sebelum air menjadi keruh dan
kondisi sekitar sungai. Apabila pengambilan sampel dilakukan setelah hujan maka
air keruh disebabkan oleh tercampurnya material sedimen dengan air. Sedangkan
bila air keruh tanpa adanya hujan maka kemungkinan besar terjadi pencemaran di
bagian sungai atas oleh limbah rumah tangga maupun industry lainnya.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Fajri, Nur El dan Agustina. 2013.
Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Praktikum Ekologi
Santika, Sri S. 1984. Metode
Penelitian Air. Usaha Nasional : Surabaya.
Komentar
Posting Komentar