Evaluasi Kesesuaian Lahan Keterlintasan Jalan Malang Lingkar Timur
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
suatu jalur jalan haruslah memperhitungkan faktor -faktor fisik seperti lereng, bentuk lahan, material tanah, proses
geomorfologi, dan penggunaan lahan. Hal ini dimaksudkan agar murah pembangunannya, murah
pemeliharaannya, dan optimal pemakaiannya.
Faktor-faktor fisik tersebut di atas dapat diperoleh secara langsung di lapangan atau diperoleh dari peta -peta yang
sudah ada. Pengumpulan data secara langsung di lapangan dapat memperoleh hasil yang rinci,
namun waktu yang diperlukan lebih lama yang berakibat biayanya lebih mahal. Kelemahan lain
adalah adanya obyek tertentu yang sukar dijangkau karena medannya yang sangat
terjal atau hambatan alam lainnya.
Jalan
sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Jalan dikembangkan
melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan
pemerataan pembangunan antar daerah,membentuk dan memperkukuhkesatuan nasional
untuk memantapkan pertahanandan keamanan nasional, serta membentuk struktur
ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Dalam mewujudkan prasarana transportasi darat
yang melalui jalan, harus terbentuk
wujud jalan yang menyebabkan pelaku perjalanan baik orang maupun
barang,selamat sampai di tujuan, dan dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya
dan lingkungan, perjalanan harus dapat dilakukan secepat mungkin dengan biaya
perjalanan yang adil sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Perkembangan teknologi dan pembangunan
dewasa ini menimbulkan peningkatan kepentingan
dan ketergantungan manusia pada sumber daya alam khususnya lahan yang selaras
dengan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang semakin bertambah
berarti pula memerlukan tambahan lahan untuk menyediakan sarana dan prasarana
transportasi khususnya jalan raya yang memadai untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan dari waktu ke waktu. Jalan sebagai prasarana transportasi
merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan pada era globalisasi dewasa
ini. Peningkatan kualitas dan kuantitas jalan mendorong terjadinya peningkatan
pemerataan hasil-hasil pembangunan di Indonesia dari kota hingga kepelosok
desa. Pembuatan jalan menimbulkan dampak positif, yakni semakin berkurangnya
daerah terpencil dan terbelakang. Pemanfaatan lahan untuk jalur jalan harus
didasari adanya perencanaan yang matang mengenai nilai ekonomis,
keawetan bangunan jalan serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan agar
jalan mempunyai daya guna yang tinggi. Rusaknya jalan menyebabkan terganggunya
kegiatan manusia dalam melaksanakan aktifitas sosial, budaya, ekonomi, maupun
pertahanan dan keamanan
Ditinjau dari segi teknis pelaksanaan
dan penggunaan, jalan membutuhkan informasi kondisi geomorfologis suatu daerah
yang memadai sehingga masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi
geomorfologis dapat diantisipasi sedini mungkin, demi menekan biaya pembangunan
maupun perawatannya. Menurut Verstappen (1983, dalam Imam Hardjono 1997),
beberapa faktor geomorfologis yang berpengaruh dalam pengerjaan pembangunan
jalur jalan yaitu relief, proses dan bahaya alam dan kondisi tanah dan bawah tanah.
Pada jalur jalan yang sudah ada,
informasi geomorfologis juga sangat diperlukan untuk mengetahui kerusakan dan
sebab-sebab terjadinya kerusakan jalan. Penyebab kerusakan jalan secara umumnya
dapat dibedakan menjadi :
1. 1. beban kendaraan yang melewati
melebihi kemampuan jalan.
2. 2. kualitas jalan tidak mampu mendukung
beban.
3. 3. kondisi fisik daerah tidak mendukung
bangunan jalan. (Suprikhatin, 1994).
Pembangunan Jalur Malang Lingkar Timur yang akan
dibangun oleh pemerintah Kota dan Kabupaten Malang direncanakan untuk
memecahkan permasalahan macet yang ada di Kota Malang. Sehingga dalam waktu
tertentu tidak terjadi penumpukan kendaraan di jalur utama kota Malang. Dengan
alasan lain, pembangunan Jalur Lingkar Malang dapat dijadikan Jalur Penghubung
alternative antar wilayah. Untuk menentukan apakah program pemerintah dapat
dijalankan dengan baik maka perlu dikaji dan dilakukan analisis untuk
mengetahui kesesuaian untuk keterlintasan jalan tol. Pengkajian dan analisis
tersebut dilakukan melalui evaluasi baik faktor iklim mikro, tanah, hidrologi,
geologi, dan geomorfologi. Hal tersebut perlu dilakukan dengan baik untuk
menghindari hambatan dalam pembangunan dan ancaman kerusakan saat jalan sudah
mulai digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimana hasil dari
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Keterlintasan Jalan Malang Lingkar Timur?”
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui
Kesesuaian Lahan untuk Keterlintasan Jalan Malang Lingkar Timur penggal Perum
Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
- Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat sebagai implementasi ilmu
yang telah didapatkan selama perkuliahan dan upaya untuk mengetahui Kesesuaian
Lahan Untuk Keterlintasan Jalan Tol Malang Lingkar Timur.
- Bagi Pemerintah
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu Pemerintah
Kota Malang dalam memberikan kebijakan baru dalam rangka pembangunan Jalan Tol
Malang Lingkar Timur dan memperhatikan efek jangka panjang bagi masyarakat setempat
dan kelestarian lingkungan.
- Bagi Masyarakat
Penelitian ini bermanfaat agar masyarakat mengetahui
jalan yang akan dibangun untuk Jalan Tol Malang Lingkar Timur, sehingga
penduduk setempat tahu dan mempunyai waktu untuk melakukan relokasi pemukiman
serta menetapkan strategi untuk keberlangsungan perekonomian kedepannya.
1.5 Hipotesis Penelitian
Jalan yang telah
dilakukan evaluasi di Psepanjang jalan Perum Asrikaton, Kecamatan Pakis,
Kabupaten Malang cocok untuk dibangun Jalan Tol Malang Lingkar Timur.
BAB II
KAJIAN TEOR
2.1 Klasifikasi
Jalan Menurut (Bina Marga 1997).
Jalan
raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu: klasifikasi
menurut fungsi jalan, klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut medan
jalan dan klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan
2.2 Klasifikasi
menurut fungsi jalan
1. Klasifikasi
menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu:
a.
Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan
utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara efisien.
b.
Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani
angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c.
Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2. Klasifikasi
menurut kelas jalan
Klasifikasi
menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu
lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
Fungsi
|
Kelas
|
Muatan Sumbu Terberat/MTS(Ton)
|
Arteri
|
I
|
>10
|
II
|
10
|
|
III A
|
8
|
|
Kolektor
|
III A
|
8
|
III B
|
8
|
3. Klasifikasi
menurut medan jalan
Medan
jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan
harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan
dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana
jalan tersebut.
Jenis Medan
|
Notasi
|
Kemiringan Medan (%)
|
Datar
|
D
|
<3
|
Berbukit
|
B
|
3-25
|
Pegunungan
|
G
|
>25
|
4. Klasifikasi
menurut wewenang pembinaan jalan
5.
Klasifikasi menurut wewenang pembinaannya
terdiri dari Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya dan
Jalan Desa.
2.3 Klasifikasi
jalan atau hierarki jalan
Adalah
pengelompokan jalan
berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan administrasi
pemerintahan dan berdasarkan muatan
sumbu yang menyangkut dimensi dan berat
kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu lintas yang
menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas
jalan, keekonomian dari jalan
tersebut serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.
2.4 Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan
Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan
kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan
pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
- Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
- Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
- Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
- Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
- Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
2.5 Klasifikasi berdasarkan beban muatan sumbu
Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan
kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam
beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda
secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing
moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat
kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut muatan
sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:
- Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;
- Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;
- Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
- Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
- Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian
-
Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakaukan pada Bulan November Minggu ke-empat sampai dengan Minggu Awal Bulan
Desember 2015.
-
Tempat Penelitian
Jalan Masuk Perumahan
Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang
3.2 Alat dan Bahan
-
Alat
·
GPS
·
2 Yallon
·
Pita Meter
·
Abney Level
·
Kompas Geologi
·
Notes
·
Peta Jalan
·
Ringtanah
-
Bahan
·
H2SO4
·
Aquades
·
HCl
3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis
Data
Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data sekunder dan pengukuran langsung dilapangan
untuk mengetahui kemiringan lereng, jenis tanah, dan letak koordinat. Sedangkan
untuk analisis data dilakukan perbandingan nilai pengukuran dilapangan dengan
nilai yang telah distandarisasi untuk keterlintasan Jalan Tol dan uji
laboraturium untuk mengetahui struktur, tekstur, jenis, permeabilitas dan
porositas tanah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.
Berdasarkan hasil
pengukuran dilapangan kondisi fisik untuk lahan keterlintasan jalan maka
didapatkan data sebagai berikut :
4.1
Tabel Kemiringan Jalan Perumahan Asrikaton
No.
|
Segmen
|
Panjang Segmen
|
Kemiringan Jalan
|
Koordinat
|
Bentuk
Lereng
|
|
X
|
Y
|
|||||
1.
|
A – 1
|
50
|
6o20’
|
687443
|
911952
|
L
|
2.
|
1 – 2
|
50
|
2o30
|
687468
|
911975
|
D
|
3.
|
2 – 3
|
10,44
|
2o30
|
687493
|
912008
|
D
|
4.
|
3 – 4
|
50,18
|
2 o10
|
687518
|
9120519
|
D
|
5.
|
4 – 5
|
50,25
|
1o10
|
687536
|
9120569
|
D
|
6.
|
5 – 6
|
45,31
|
1o20
|
687550
|
9120617
|
D
|
7.
|
6 – 7
|
44,25
|
1o
|
687572
|
9120660
|
D
|
8.
|
7 – 8
|
46,19
|
1o10
|
687604
|
9120757
|
D
|
9.
|
8 – 9
|
33
|
1o10
|
687655
|
9120870
|
D
|
10.
|
9 – 10
|
56,1
|
2o40
|
687668
|
9120911
|
D
|
11.
|
10 – 11
|
22
|
4o20
|
687688
|
9121966
|
L
|
12.
|
11 – 12
|
3,1
|
3o10
|
687693
|
9121982
|
L
|
13.
|
12 – 13
|
6,4
|
1o20
|
687697
|
9121989
|
D
|
14.
|
13 – 14
|
20,1
|
2o20
|
687710
|
9121007
|
D
|
15.
|
14 – 15
|
28,17
|
1o
|
687718
|
9121036
|
D
|
16.
|
15 – 16
|
15,2
|
1o20
|
687725
|
9121048
|
D
|
17.
|
16 – 17
|
25
|
2o30
|
687735
|
9121071
|
D
|
18.
|
17 – 18
|
22,5
|
5o
|
687746
|
9121099
|
L
|
19.
|
18 – 19
|
34,15
|
3o10
|
687761
|
9121122
|
L
|
20.
|
19 – 20
|
20,8
|
2o40
|
687771
|
9121140
|
D
|
21.
|
20 – 21
|
45,75
|
3o20
|
687793
|
9121183
|
L
|
22.
|
21 – 22
|
57
|
2o30
|
687815
|
9121234
|
D
|
23.
|
22 – 23
|
32,19
|
1o40
|
687831
|
9121260
|
D
|
24.
|
23 – B
|
18
|
3o
|
687839
|
9121276
|
L
|
Rata-rata kemiringan
lereng 2o 20’. Sehingga,
berdasarkan perhitungan sudut lereng besarnya 4 %. Maka Sudut lereng termasuk
kedalam klas Landai dengan Harkat 6.
4.2 Tabel Susunan Fraksi
Tanah setelah dilakukan Pengayakan
No.
|
Ukuran Fraksi
|
Berat
|
1.
|
2 mm
|
12, 0
|
2.
|
1 mm
|
25, 4
|
3.
|
500 u
|
2,39
|
4.
|
250 u
|
17,4
|
5.
|
100 u
|
18,7
|
6.
|
53 u
|
21,6
|
7.
|
38 u
|
2,5
|
Hasil analisis
pengayakan tanah di laboraturium, jenis tanah yang ada di wilayah sekitar
Perumahan Asrikaton ini berwarna merah. Sangat padat dan keras apabila ditekan
dengan jari-jari tangan saat kondisi tanah kering. Tanah akan mudah dibentuk
namun, membutuhkan sedikit tenaga untuk menekannya. Tekstur tanah di dominasi oleh
pasir dengan fraksi berukuran 1-2 mm sebanyak
37,4 gr dan lempung dengan fraksi berukuran 53-250 u sebanyak 57,7 gr.
4.3 Tabel Pengharkatan
No
|
Parameter
|
Kondisi di Lapangan
|
Pengharkatan
|
1.
|
Sudut Lereng
|
Landai
|
6
|
2.
|
Bentuk Lereng
|
Cekung
|
2
|
3.
|
Panjang Lereng
|
>500
|
5
|
4.
|
Pelapukan Batuan
|
Segar
|
5
|
5.
|
Erosi
|
Tidak Ada Erosi (Percik)
|
4
|
6.
|
Massa Gerak Batuan
|
0 % (Tidak Ada Gerak Massa Batuan)
|
5
|
7.
|
Kemiringan Lapisan Batuan
|
Amat Kuat
|
5
|
8.
|
Kelompok Tanah
|
Struktur perlapisan batuan horizontal pada lahan
yang datar
|
5
|
9.
|
Daya Dukung Tanah
|
4
|
4
|
10.
|
Permeabilitas Tanah
|
3 menit 11 detik
|
4
|
11.
|
Kembang Kerut Tanah
|
0,03/ 1,6
|
3
|
12.
|
Ketebalan Regolith
|
180/ Tebal
|
4
|
13.
|
Drainase Tanah
|
Cepat
|
3
|
14
|
Jarak Antar Sungai
|
>1.000
|
3
|
15.
|
Kedalaman Muka Air Tanah
|
165 m/ dalam
|
4
|
16
|
Banjir/ Genangan
|
Tidak pernah
banjir
|
3
|
17.
|
Kekuatan Batuan
|
Amat kuat
|
5
|
Jumlah Harkat
|
68
|
||
Satuan Medan dengan Keterlintasan Jalan
|
Sangat Baik
|
4.4 Tabel Persyaratan
Lintas Jalan
No.
|
Kualitas Lahan
|
S1
|
S2
|
S3
|
1.
|
Kekasaran Medan
-
Kemiringan Lereng
-
Torehan
|
< 8
sedikit
|
< 15
sedang
|
>15
banyak
|
2.
|
Bahaya Alam
-
Tingkat Erosi
-
Banjir
-
Gerakan Massa
|
Ringan
Tidak ada
Tidak ada
|
Sedang
Jarang
Aktif
|
Berat
Sering
Sangat Aktif
|
3.
|
Kelekatan Tanah
-
Pengembang-Pengkerut
-
Daya Dukung Tanah
-
Kedalaman ke batuan keras
-
Kedalaman ke batuan lemat
|
Rendah
Tinggi
> 100 cm
> 50 cm
|
Sedang
Sedang
> 50 cm
> 50 cm
|
Tinggi
Rendah
< 50
< 25
|
4
|
Pengatusan Medan
-
Drainase permukaan
-
Kedalaman air tanah
|
Baik
> 75
|
Sedang
>30 - 75
|
Buruk
< 30
|
5
|
Kekuatan Batuan
-
Patahan
-
Resistensi
|
Tidak ada
Resistensi
|
Sedang
Lemah
|
Banyak
Sangat Lemah
|
Perencanaan dalam pembangunan jalan sangat diperlukan
dengan kaitannya pembangunan ekonomi suatu wilayah untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Untuk memenuhi kebutuhnan akan jalan maka, sudah
sehausnya pembangunan jalan didasarkan pada hasil survey yang telah mengkaji
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti tata letak lintas
jalan yang akan dibangun, kondisi geografis berupa kajian fisik, dan sosial
ekonomi masyarakat. Agar diperoleh suatu pembangunan jalan yang murah, mudah
dipelihara, tidak menyalahi aturan dan merusak lingkungan, serta mudah dibangun
dan efektif untuk jangka panjang pemakaian.
Kajian sosial-ekonomi dalam kontak pembangunan wilayah
jalan termasuk bagian yang perlu dievaluasi adalah aktifitas kehidupan yang
meliputi pertanian, kehutanan, peternakan, perdagangan, perkebunan serta
kepemerintahan yang sedang berjalan. Hal tersebut perlu dikaji ulang untuk
menentukan batasan-batasan yang harus dipenuhi untuk menghindari ancaman dan
penyimpangan dalam pembangunan. Sedangkan kajian fisik untuk perencanaan jalan
yang perlu dikaji antara lain karakteristik topografi, proses geomorfologi,
batuan, tanah, kerapatan aliran, dan penggunaan lahan.
Relief suatu medan merupakan faktor yang penting dalam
perencanaan jalan raya. Jarak pandang, penampang melintang jalan raya dan
patokan kelurusan sering kali ditentukan oleh kondisi reliefnya. (Djamal Abdat,
1981). Pembangunan jalan raya yang dibuat pada medan datar dengan sudut kemiringan
0 – 3 % relative lebih mudah dilakuakn dibandingkan dengan medan berbukit yang
memerlukan penggalian dan pengurugan untuk menyamakan kelandaian maksimum.
Berdasarkan keputusan yang dibuat oleh bina marga, ketentuan landai maksimum
untuk pembangunan jalan raya yaitu 3% pada medan datar dan 6% pada medan
berbukit.
Mengacu pada keputusan tersebut berdasarkan hasil
pengukuran kemiringan lereng dilapangan yang nantinya akan digunakan sebagai
Jalan Lingkar Timur Malang didapatkan hasil untuk lereng sepanjang 786,08
tersebut memiliki kemiringan rata-rata sebesar 2,4o dengan sudut
lereng sebesar 4%. Berdasarkan hasil perhitungan perharkatan, sudut lereng
secara keseluruhan termasuk dalam klas Landai. Bentuk lereng secara keseluruhan
cekung dominan rata. Walaupun bentuk lereng cekung dominan rata, hal ini dapat
mempengaruhi dalam proses pembangunan ke depannya. Cekungan-cekungan tersebut
tampak saat jalan mulai menanjak. Bentukan lereng yang ada juga dapat
memprediksikan kemungkinan terjadinya longsor, banjir yang akan terjadi serta
adanya erosi. Sedangkan pada saat pengukuran, jalan dilapangan cenderung naik
dan lurus , namun tidak terdapat kelokan yang berbahaya.
Kondisi tanah pada jalur jalan alternative utama yang
akan dibangun merupakan langkah yang sangat penting dalam perencanaan teknis.
Nilai kekuatan tanah dijadikan sebagai pondasi untuk menentukan rencana tebal
lapisan perkerasan. Selain itu, pengukuran dan analisis kondisi tanah dilakukan
untuk menghindari terjadinya daya dukung tanah yang lemah, nilai kembang kerut
yang besar sehingga tanah mudah bergerak, retak dan berubah, permeabilitas
tanah yang lambat yang menyebabkan kemungkinan terjadinya banjir lebih besar.
Evaluasi kondisi tanah perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan jalan akibat
lemahnya daya dukung tanah dan nilai kembang kerut yang besar sehingga jalan
mudah ambles, retak, dan rusak.
Hasil uji tanah secara kualitatif dilapangan melalui
metode pemilinan dapat dirasakan fraksi pasir yang kasar dan fraksi lempung
yang lengket. Selain itu tanah yang berwarna coklat kemerahan saat kondisi
kering itu cukup kuat saat dihancurkan dengan tekanan jari-jari tangan.
Sehingga perlu ditekan berulang kali. Sedangkan saat kondisi tanah basah, perlu
dilakukan tekanan yang cukup kuat untuk menghasilkan bulatan bulatan tanah,
walaupun tanah cenderung mudah dibentuk. Tekstur tanah didominasi oleh fraksi
pasir dan lempung dengan perbandingan 1:1,5, lebih banyak lempung. Tekstur
tersebut cocok untuk pembangunan jalan raya karena tekstur tanah didominasi lempung
dan pasir. Tekstur tanah lempung berpasir tersebut memiliki nilai COLE antara
0,01 – 0,03 dan nilai PVC antara 1,0 – 2,0. Sehingga nilai kembang kerut
tanahnya rendah. Apabila nilai kembang kerut tanah rendah maka, tanah tidak
mudah berubah pada saat kondisi musim basah maupun musim kering.
Dengan demikian, apabila tidak terjadi perubahan yang
drastis yang mampu mengancam kerusakan jalan raya untuk jangka waktu yang
pendek maupun panjang. Sehingga, dalam pembangunan jalan rayapun akan lebih
cepat dilakukan dan tidak khawatir akan terjadinya ancaman kerusakan medan
jalan lintas. Selain itu, nilai kembang kerut tanah akan cukup berarti untuk
menahan berat kendaraan yang melintas diatasnya. Semakin rendah nilai kembang
kerut tanah, maka kekompakan tanah akan semakin tinggi. Sehingga tanah mampu
menahan beban berat kendaraan yang melintas dengan baik. Sedangkan nilai
kembang kerut tanah yang tinggi akan menyebabkan amblesan tanah yang berakibat
pada kerusakan aspal berupa amblesan jalan. Dilapangan tidak ditemukan adanya
proses erosi dan titik titik longsor. Sehingga tidak dibutuhkan pemeliharaan
yang relative mahal.
BAB V
PENUTUP
5.
5.1 Kesimpulan
1. Lahan di Perumahan
Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang tergolong dalan klas S1 (Sesuai)
untuk dilakukan pembangunan Jalan Tol Malang Lingkar Timur dengan nilai
pengharkatan sebesar 68.
2. Evaluasi Lahan untuk
Keterlintasan Jalan Tol Malang Lingkar Timur mengkaji faktor-faktor antara
lain, topografi, geologi, geomorfologi, hidrologi, tanah, dan penggunaan lahan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Panitia Kursus ESL. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan.
Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM
-
Suprikhatin, 1994. Evaluasi Kesessuaian Medan
Terhadap Kerusakan Jalan Pada Jalur Jalan Antara Kandang Serang-Kajen Kabupaten
Pekalongan Jawa Tengah. Skripsi Sarjana. Surakarta : Fakultas Geografi UMS.
-
Taufiq
Akhadi, 1996. Evaluasi Medan Terhadap Kerentanan Kerusakan Jalan Pada Jalur
Jalan Antara Sambi dan Simo di Kabupaten Boyolali. SkripsiSarjana S-1. Surakarta
: Fakultas Geografi UMS.
Komentar
Posting Komentar