EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI



LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN

“EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI”


OLEH :

QONITA AZZAHRA
(130722607352)
OFF H / ANG.2013

DOSEN PENGAMPU ;
DIDIK TARYANA S.Si M.Si


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 110,06 km2 dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 8085 jiwa/km2 setelah Kota Surabaya (Dispendukcapil. 2010). Jumlah penduduk yang senantiasa meningkat menyebabkan Ruang Terbuka Hijau dan lahan pertanian di Kota Malang semakin sedikit. Lahan-lahan tersebut banyak beralih fungsi menjadi kawasan terbangun seperti kawasan industry, permukiman, dan kantor pemerintahan. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Pengelolaan lahan dan penggunaan lahan yang ada haruslah mengevaluasi sumberdaya lahan sesuai dengan sifat fisik yang dimiliki suatu lahan dari ketidaksesuaian penggunaan lahan yang tidak memperdulikan potensi lahan, maka untuk kedepannya membutuhkan upaya konservasi yang tepat guna perencanaan dalam pemanfaatan lahan tanpa merusak atau merubah resistensi tanah. Evaluasi lahan pada hakikatnya merupakan proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti topografi, iklim, geologi, geomorfologi, tanah, air, vegetasi atau penggunaan lahan. Lahan yang merupakan objek penelitian, keadaannya kompleks dan tidak merupakan suatu unsur fisik ataupun sosial ekonomi yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan hasil interaksi dari lingkungan biofisisnya (Mangunsukardjo, 1985 dalam Khadiyanto, 2005). Oleh karena itu tindakan klasifikasi kesesuaian lahan penting artinya untuk perencanaan penggunaan lahan yang optimal dan menekan angka kerusakan lingkungan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep evaluasi kesesualan lahan untuk industry di Arjowinangun?
2.      Bagaimana parameter-parameter evaluasi kesesuaian lahan untuk industry di Arjowinangun?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) untuk kawasan industri, yakni sebagai berikut:
1.    Mahasiswa mampu memahami konsep Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) untuk kawasan industri melalui praktikum di Kawasan Industri di Arjowinangun. 
2.    Mahasiswa mampu mengetahui dan menganalisis parameter-parameter Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) untuk kawasan industri melalui praktikum di Kawasan Industri di Arjowinangun.
3.    Mahasiswa mampu memberikan kesimpulan mengenai kesesuaian lahan untuk industri dan dapat memberikan argumen mengenai langkah apa yang harus dilakukan agar kawasan industri di Arjowinangun dapat lebih baik dari sebelumnya.


















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1    Lahan
Lahan adalah bagian dari landscape yang mencakup lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya mempengaruhi potensi penggunaannya (FAO: 1976, dalam Rayes: 2007). Pengertian kesesuaian lahan (land suitability) berbeda dengan kemampuan lahan (Land capability). Kesesuaian lahan adalah kesesuaian sebidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditi spesifik. Adapun kemampuan lahan lebih menekankan pada kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan berarti kemampuan lahan tersebut semakain tinggi (PUSLITTANAK, 1993).

2.2    Kesesuaian lahan
Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu biasanya dievaluasi berdasarkan karakteristik atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah hujan, jenis tanah, dan ketersediaan air. Sedangkan kualitas lahan merupakan sifat tanah yang lebih kompleks seperti kesesuaian kelembapan tanah, kelembaban terhadap erosi dan ketahanan banjir (FAO, 1976)

2.3    Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian penampilan atau keragaan (performance) lahan untuk penggunaan tertentu, melalui pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat diidentifikasi dan dibuat pembanding berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).
Pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan (Yunanda: 2009). Menurut Djali dan Pudji (2008: 1), evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.Evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan (Rayes, 2007:141)

2.4    Industri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Industri juga dapat diartikan sebagai segala aktivitas manusia dibidang ekonomi yang produktif dalam proses pengolahan atau pembuatan bahan dasar menjadi barang yang lebih bernilai daripada bahan dasarnya untuk dijual.  Industri dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian disefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri adalah bagian dari proses produksi di mana bagian ini tidak mengambil bahan-bahan langsung dari alam yang kemudian mengolahnya hingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat (Bintarto,1989: 87).
 Industri yaitu kegiatan ekonomi dengan memperoses atau mengolah bahan-bahan atau barang-barang dengan menggunakan sarana peralatan seperti mesin, untuk menghasilkan barang (jadi) dan jasa (Sujana, 2007 dalam Inkantriani, 2008).  (1) Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya kapas untuk industri tekstil, batu kapur untuk industri semen, biji besi untuk industri besi dan baja. (2) Bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri, misalnya lembaran besi atau baja untuk industri pipa, kawat, konstruksi jembatan, seng, tiang telpon, benang adalah kapas yang telah dipintal untuk industri garmen (tekstil), minyak kelapa, bahan baku industri margarine. (3) Barang setengah jadi adalah bahan mentah atau bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi barang jadi, misalnya kain dibuat untuk industri pakaian, kayu olahan untuk industri mebel dan kertas untuk barang-barang cetakan. (4) Barang jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi, misalnya industri pakaian, mebel, semen, dan bahan bakar. (5) Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian-bagiannya. (6) Perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri lainnya. 
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Dari pengertian diatas dan perkembangan industri saat ini terlihat bahwa industri hanya menekankan pada kegiatan pengolahan saja, padahal kegiatan industri tidak hanya kegiatan mengolah, namun kegiatan yang terkait langsung dengan produktivitas dan komersial. Dengan kata lain, industri tidak terlepas dari aspek untung-rugi yang tentunya terkait pula dengan pengelolaan yang berbasis pada efisiensi dan efektivitas.

2.5    Penilaian Kawasan Industri
Penilaian suatu kawasan untuk dapat dijadikan daerah industri tidak hanya mengadakan batasan wilayah industri tetapi perlu diperhatikan beberapa faktor yang mencakup faktor-faktor fisik dan faktor-faktor sosial dalam hal ini adalah alam dan manusianya. Faktor-faktor alam yang mencakup antara lain:
1.        Tanah/bentuk lahan
2.        Tata air (hidrologi) dan drainase
3.        Unit geologi dan geomorfologi
4.        Iklim
5.        Penggunaan lahan
Berikut klasifikasi kembang kerut tanah untuk industri:
Harkat
Kelas
Tekstur
5
Sangat baik
Semua pasiran dan pasir geluhan, geluh pasiran, geluh dan debu bergeluh dengan lempung tidak mengembang (dominasi kaolinit)
4
Baik
Geluh pasiran, geluh debu bergeluh, lempung bergeluh, dan lempung yang kurang mengembang
3
Sedang
Lempung bergeluh, dan lempung dengan campuran mineral lempung
2
Jelek
Lempung bergeluh, lempung dengan kandungan montmorilonit tinggi, atau lempung mineral lainnya yang agak mengembang
1
Sangat jelek
Lempung yang sangat mengembang
Klasifikasi dan kriteria pH tanah untuk industri:
Harkat
pH tanah
5
6-7
4
7-8 / 5-6
3
8-9 / 4-5
2
10-11 / 3-4
1
<3 / >11
Klasifikasi dan kriteria daya dukung tanah untuk industri:
Harkat
Kriteria DDT (kg/cm2)
5
>3
4
2,6-3
3
2,2-2,6
2
1,8-2,2
1
<1,8
Klasifikasi dan kriteria drainase tanah untuk industri:
Harkat
Kelas
Drainase
5
Sangat baik
Resapan sangat cepat, tanah tidak jenuh air
4
Baik
Resapan cepat, penjenuhan tanah beberapa jam, dan tanah tidak ada bercak
3
Sedang
Resapan sedang, terjadi penjenuhan setelah hujan dan tanah tidak ada bercak
2
Jelek
Lahan dengan banyak persoalan pengatusan, horison A berwarna kelabu/hitam, horison B ada bercak-bercak
1
Sangat jelek
Daerah basah, tanah jenuh air, seluruh profil ada bercak, muka air tanah tinggi
Klasifikasi dan kriteria kedalaman air tanah untuk industri:
Harkat
Kelas
Kedalaman air tanah
5
Sangat dalam
>250 cm
4
Dalam
150-250 cm
3
Sedang
101-150 cm
2
Dangkal
50-101 cm
1
Sangat dangkal
<50 cm
Klasifikasi dan kriteria korosivitas besi baja untuk industri:
Harkat
Kelas
Jenis tanah
Keasaman total (mcq/100 gr)
Resistivitas
Konduktivitas (mhos/cm)
5
Sangat baik
Pasir yang sangat lulus air dan lempung pasiran
<4
>10.000
<0,1
4
Baik
Pasir lempungan yang lulus air, lempung, debu, pasir tak lulus air, dan lempung pasiran
<8
>5.000
<0,2
3
Sedang
Tanah liat lempungan lulus air, lempung yang agak lulus air, debu lempungan, dan debu, pasir lempungan tak lulus air, tanah kedap air (termasuk gambut dan pupuk)
<16
>2000
<0,4
2
Jelek
Tanah liat lulus air, tanah kedap air (selain tanah liat)
<16
>1000
<1,6
1
Sangat jelek
Tanah liat tak lulus air, dan sangat kedap air, pupk dan gambut
<16
<1000
<1,0
Klasifikasi dan kriteria kemiringan lereng untuk industri:
Harkat
Kelas
Kemiringan lereng
5
Rata-hampir rata
<2
4
Agak miring
2-8
3
Miring
8-30
2
Sangat miring
30-50
1
Terjal-sangat terjal
>50
Klasifikasi dan kriteria infiltrasi tanah untuk industri:
Harkat
Deskripsi
Infiltrasi (mm/jam)
7
Sangat lambat
1
6
Lambat
2-5
5
Sedang lambat
6-20
4
Sedang
21-65
3
Sedang cepat
66-125
2
Cepat
126-250
1
Sangat cepat
>250
Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Industri:
Kelas
Kesesuaian lahan
Harkat
Keterangan
I
Sangat sesuai
30-35
Satuan lahan dengan kondisi yang sangat sesuai untuk industri
II
Sesuai
25-29
Satuan lahan dengan kondisi sesuai untuk industri dengan memperhatikan sedikit masalah lahan
III
Cukup sesuai
19-24
Satuan lahan cukup dapat digunakan untuk industri dengan beberapa perbaikan
IV
Kurang sesuai
16-18
Satuan lahan dengan kondisi kurang sesuai untuk industri jika dipaksakan harus dengan perbaikan yang cukup banyak
V
Tidak sesuai
7-13
Satuan lahan dengan kondisi tidak sesuai untuk industri
BAB III
METODE
3.1         ALAT DAN BAHAN

ALAT

1.    Sepasang Yallon
2.    Kompas Geologi
3.    Abney Level
4.    Pita Meter
5.    pH meter
6.    Botol
7.    Ring Tanah
8.    Notes
9.    Alat Tulis
BAHAN
1.    Peta Administrasi Kota Malang
2.    Peta Penggunaan Lahan Kota Malang


3.2  LANGKAH KERJA
1.      Mengukur kemiringan lereng
2.      Mengambil sampel tanah
3.      Mengamati industry atau pabrik yang telah berdiri
4.      Mengukur kedalaman sumur














BAB IV
PEMBAHASAN
4.1    Hasil Praktikum
Hasil dari praktikum evalusi sumberdaya lahan kawasan industri untuk faktor-faktor alam yakni sebagai berikut:
a.       Kemiringan lereng
Lokasi Sampel
Pengukuran
Nilai Lereng (0)
Nilai Rata-Rata
Lapangan Pabrik Pupuk Organik
A – 1
1,33
1,33
1 – 2
1,67
2 – B
1
Pabrik Asbes Gelombang
A – 1
1
1,56
1 – 2
1,67
2 – B  
2
SPBE
A – 1
2
1,39
1 – 2
1,17
2 – B
1
Tegal dekat permukiman
A – 1
1
1,3
1 – 2
1
2 – B
2
Lereng Sungai
A – 1
1,83
17,28
1 – 2
20,5
2 – B
29,5

4,572

Kemiringan lereng dalam % = (4,572/45)x100%
                                          = 10,16% (harkat 4, agak miring)      
b.      Ph tanah dan air
Untuk pH tanah, sampel yang diambil yakni pada dua titik:
1.    Sampel Tanah Pabrik Pupuk Petroganik
Titik koordinat        = (0680967, 9110340)
Elevasi                    = 432
Ph tanah                  = 6,4
2.    Sampel Tanah Lahan Sesudah SPBE
Titik koordinat        = (0681068, 9109431)
Elevasi                    = 408
Ph tanah                  = 6,4
Sampel air sungai
pH                               = 6,7
Conduktivity               = 3,33 ms/cm
Turbidity                     = 68
Temperatur                  = 24,40C
Salinitas                       = 0,16
c.       Daya Dukung Tanah
Tanah berpasir kasar, pasir halus, dan liat (harkat 4, daya dukung tanah baik)
d.      Drainase tanah
Resapan cepat, penjenuhan tanah beberapa jam, dan tanah tidak ada bercak  (harkat 4, baik)
e.       Kedalaman air tanah
Pada daerah Arjowinangun kedalaman air tanahnya 1000 cm (harkat 4, dalam)

Perhitungan Harkat
NO
Kriteria
Keadaan Lapangan
Harkat
1
Kemiringan Lereng
10,16%
4
2
pH Tanah dan Air
6,4 – 6,7
5
3
Daya Dukung Tanah
Tanah didominasi berpasir halus dan debu
4
4
Nilai Kembang Kerut
Baik
4
5
Drainase
Resapan cepat, penjenuhan tanah beberapa jam, dan tanah tidak ada bercak
4
6
Kedalaman Air Tanah
1000 cm
4
7
Korosifitas
Pasir halus dengan campuran material sedikit lempung dan dominasi debu
5
TOTAL
30

4.2    Pembahasan
Permasalahan industri tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan lahan, oleh karena itu untuk menilai suatu lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan industri tidak dapat langsung didirikan atau dilaksanakan.
Evaluasi lahan yang bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu yang tidak hanya terbatas pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis ekonomi, social dan dampak lingkungan. Evaluasi lahan merupakan penghubung anatara berbagai aspek kualitas fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonomi yang akan berpengaruh kedepannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi industri di suatu tempat, dimana faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor langsung dan faktor tak langsung. Keberadaan industri di suatu tempat juga tergantung pada faktor lingkungan yang akan menetukan kelangsungan industri tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah faktor lahan. Faktor lahan mencakup permasalahan tanah, sumberdaya, dan iklim setempat.
Kegiatan praktikum Evaluasi Lahan Saat ini adalah untuk menilai kesesuaian lahan kawasan industri yang dilakukan di Kelurahan Arjowinangun. Kelurahan paling tepi dari Kota Malang yang berbatasan langsung dengan Turen dan Dampit, Kabupaten Malang. Di daerah ini memang diwacanakan akan menjadi Kawasan Industri Kota Malang, sehingga keberadaan industry masih belum banyak berdiri. Begitu pula dengan jumlah pemukiman yang tidak begitu banyak.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah ini belum mengalami banyak perkembangan.
Berdasarkan hasil perhitungan harkat dari analisis per faktor yang ada mendapatkan hasil 30. Hal ini menunjukkan bahwa daerah Arjowinangun sangat cocok untuk kawasan pengembangan industry di Kota Malang. Hal tersebut didukung dengan faktor alam seperti jenis tanah yang sesuai yaitu dominan pasir halus dengan debu dan sedikit lempung. Saluran drainase yang baik, bahkan ketika musim hujan jarang terjadi banjir. Saluran drainase dibangun disepanjang jalan yang berada di kanan dan kiri. Tanah di daerah ini juga tidak terlalu jenuh dengan air, karena material utama pasir sehingga lebih mudah untuk meloloskan dan meresapkan air, didukung juga belum banyak bangunan penutup lahan yang berpengaruh terhadap jumlah limpasan permukaan dan genangan yang akan timbul.
Secara keseluruhan dari beberapa sampel tanah yang diambil menunjukkan hasil yang sama, maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah Arjowinangun hanya terdapat satu kesatuan lahan. Topografi yang datar dan di dukung dengan muka air tanah yang dalam sangat mendukung terbangunnya kawasan industry.
Kedalaman air tanah sebagai pendukung kegiatan produksi industry tentunya sangat berpengaruh. Apabila kawasan industry menggunakan air tanah dengan permukaan yang dangkal maka mempengaruhi jumlah banyaknya air yang dapat digunakan dan diambil. Apabila kawasan perindustrian terlalu banyak mengambil air tanah dangkal maka, dapat diperkirakan bahwa masyarakat yang dinggal disekitar industry tidak mendapatkan supplei air bersih yang cukup.
Daya kembang kerut tanah di daerah ini bagus sekali. Pengaruh besar dari baik/ buruknya dari daya kembang kerut tanah terletak pada keutuhan bangunan. Apabila suatu bangunan industry dibangun di atas tanah yang memiliki daya kembang kerut tanah yang buruk maka, dinding bangunan lama kelamaan akan mengalami retakan dan rekahan yang secara perlahan akan merobohkan bangunan tersebut. Faktor ini sanagt berbahaya apabila tidak diperhatikan dengan baik saat melakukan evaluasi lahan. Namun, apabila sebuah industry didirikan di atas tanah dengan daya kembang kerut yang baik maka, kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan pada bangunan.
Selain memperhatikan faktor alam yang mendukung untuk sebuah lahan dapat dijadikan kawasan industry maka perlu juga untuk mengevaluasi faktor sosial-ekonomi masyarakat yang sedang berkembang di sekitarnya. Pada umumnya daerah arjowinangun ramai pada saat lokasinya berbatasan dengan daerah buring. Namun, ketika memasuki daerah arjowinangun hingga hamper perbatasan dengan turen, daerahnya sangat sepi. Di sepanjang jalan hanya ada beberapa industry yang sudah dibangun. Dan pemukiman warga mulai ada lagi ketika berbatasan dengan turen. Kegiatan ekonomi warga didominasi dengan usaha di depan rumah, baik itu rumah makan atau jasa pencuci mobil dan pakaian.
Pembangunan industry di daerah ini secara fisik dan sosial-ekonomi sangat mendukung dalam perkembangannya. Dengan adanya kawasan industry diharapkan mampu mengubah secara berlahan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik, termasuk dalam penyerapan tenaga kerja di sekitar industry.




BAB V
KESIMPULAN

1.    Setelah dilakukan Evalusi Sumberdaya Lahan untuk kawasan industri di daerah Arjowinangun, maka daerah ini dapat dikategorikan sebagai daerah yang sangat sesesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan industri.
2.    Semua aspek lahan yang ada di kawasan Arjowinangun, morgologi, tanah, hidrologi, geologi, dapat menunjang pembangunan kawasan industri comboran dengan baik.
3.    Pembangunan kawasan industri memiliki banyak dampak positif terhadap perkembangan ekonomi masyarakat tetapi tidak sedikit pula dampak negatif yang bisa ditimbulkan, terutama dalam aspek lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu, dalam pembangunan kawasan industri diperlukan pengolahan dan pengawasan yang baik terutama dalam bidang AMDAL agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan kawasan industri di Arjowinangun ini tidak terjadi dan tidak merugikan masyarakat sekitar sehingga, tetap menjaga kelestarian dan kesejahteraan lingkungan disekitarnya.













DAFTAR REFERENSI
Agus, Fahmuddin. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Bogor : Balai Penelitian Tanah
Notohadiprawiro, T. 2006. Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan Penetapannya. Yogyakarta : Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada
Rosyida, Fatiyah. 2011. Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) Untuk Kawasan Industri di Jenu, Kabupaten Tuban. Skripsi Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang
Sutanto. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL) Untuk Kawasan Industri. Yogyakarata: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.
Soemarto. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional Indonesia
Utaya, Sugeng. 2012. Pengantar Hidrologi. Yogyakarta: Aditya Media





Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIGITASI ON SCREEN

Penentuan Kandungan CL (Klorida) dalam Air

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH