Fungsi Boulevard di Jalan Ijen Kota Malang


BAB I
PENAMPILAN VISUAL
-     Kondisi Eksisting
Kawasan Jalan Idjen Boulevard Kota Malang terletak disepanjang Jalan Besar Ijen yang memiliki lebar jalan 31 meter (diukur dari tepi jalan bagian kanan dan kiri). Sedangkan panjang jalan yaitu 866,33 meter yang terbentang dari arah Perumahan Ijen Nirwana hingga depan Gereja Katedral Ijen. Kawasan Idjen Boulevard ini merupakan Ruang Terbuka Hijau dengan design berbentuk jalur yang berada di tengah jalan. Dimana samping kanan dan kiri RTH ini terdapat jalan beraspal satu arah yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan. Awalnya kawasan ini sebagai salah satu area resapan air hujan yang ada di Kota Malang. Namun, keberadaannya sekarang tidak sesuai dengan fungsi awal. Kondisi sekarang ini menunjukkan bahwa area resapan tidak berfungsi dengan baik yang dibuktikan dengan banyaknya genangan air saat musim penghujan.  
Kawasan Idjen Boulevard ini beralih fungsi dari area resapan air hujan atau Ruang Terbuka Hijau menjadi Taman Hias Kota yang dilengkapi dengan jalur untuk kendaraan dan pejalan kaki. Kondisi saat ini dibagian tengah taman disediakan kursi yang dapat digunakan oleh masyarakat setempat atau pengunjung untuk bersantai dan menikmati suasana Kota Malang. Di setiap ujung taman (jalur putar arah) terdapat pohon lampu hias yang berfungsi sebagai pelengkap taman. Selain itu, di setiap ujung jalan dan di depan tugu bunga  teratai kini terdapat tulisan “IDJEN BOULEVARD” yang dijadikan sebagai penanda memasuki kawasan Idjen Boulevard.
Area pedestrian di sepanjang jalan ini, sangat terasa nyaman, sejuk, dan luas sehingga terhindar dari kendaraan dari samping kanan. Pohon Palem menghiasi sepanjang pedestrian di Jalan Ijen. Selain itu berbagai vegetasi banyak ditanam di areal pedestrian baik dikelola oleh pemilik bangunan maupun oleh Pemerintah Kota Malang. 

BAB II
KARAKTER SPASIAL
Kawasan Idjen Boulevard merupakan Kawasan Ruang Terbuka Hijau yang didesign memanjang atau RTH berbentuk Jalur. Kawasan Idjen Boulevard ini berada di koordinat 7o58’31,9” –  7°58'6.90" LU dan 112o37’14.35” - 112°37'25.37" BT yang secara administrative berada di Kelurahan Gadingkasri, Kecamatan Klojen. Berikut ini gambaran lebih jelasnya lokasi Kawasan Idjen Boulevard
Di bagian barat kota Malang terhampar sebuah kawasan elite yang dahulunya adalah tempat tinggal orang-orang kaya Belanda. Rumah-rumah peninggalan belanda yang sampai sekarang masih tetap dipertahankan gayanya berdiri megah lengkap dengan nama dan tahun di depannya seperti; Anno 1320, Eleanor, Elizabeth dan sebagainya. Rumah-rumah itu berdiri dalam blok-blok rapi yang dibelah oleh jalan-jalan dengan pohon - pohon palem raksasa di pinggirnya. Tatanan rumah-rumah elite pada kompleks ini langsung berhadapan dengan jalan besar Ijen. Hal ini dikarenakan bangunan-bangunan ini bersifat monumental. 
Di kawasan inilah terdapat sebuah boulevard yang dulunya adalah arena pacuan kuda yang pernah digunakan untuk Jambore Pandu (pramuka) sedunia pada tahun 30-an. Ijen Boulevard yang terletak di Jalan Ijen Kota Malang, begitu indah dan sejuk dipandang mata karena wilayah ini merupakan kompleks elit orang Belanda dan dari sisi desain lansekapnya sangat indah, menawan dan sangat diperhitungkan sekali seperti komplek bangunan, pedestrian, jalan, maupun median jalannya. 
Tata bangunan di daerah Ijen Boulevard ini jika dilihat sekilas mungkin terlihat berpola grid, seperti gaya tatanan kota – kota Jawa di jaman kolonial Belanda. Namun menurut Respati Wikantiyoso (Ulasan Disain Urban “Kawasan Idjen Boulevard”). Pola grid sama sekali tidak ditemukan pada pengembangan Ijen Boulevard, malah pola di kawasan Ijen Boulevard lebih kepada pola linear dan simetri, karena pola grid menghasilkan pola yang seragam, sehingga lebih mudah dan lebih ekonomis. Penggunaan pola – pola grid biasanya digunakan pada daerah yang didominasi orang – orang pribumi. Unsur – unsur lokalitas yang berkembang pada seni arsitektur tradisional Indonesia tidak lagi digunakan pada pengembangan daerah Ijen Boulevard ini. 
Dahulu komplek bangunan di Jalan Ijen ini sangat kental dengan bangunan Belanda pada umumnya. Namun sayangnya keadaan bangunan banyak yang mulai berubah seiring perkembangan jaman dan apa daya untuk mengembalikan seperti semula juga tidak memungkinkan, hanya berharap kondisi asli yang masih bertahan tetap dijaga oleh pemiliknya. Di sana juga terdapat Museum Brawijaya Malang yang menghalangi pemandangan Gunung jika kita datang dari arah Jalan Semeru. 
Jika kita melewati jalan ini, kita akan disuguhi oleh jajaran pohon palem raja dan median jalan yang penuh bunga dan perdu. Dengan jalan yang cukup lebar kita bisa lebih luas menikmati pemandangan dari kendaraan sewaktu melewatinya. Ijen Boulevard menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung yang melewatinya. Konon Ijen Boulevard juga menjadi panduan bagi boulevard - boulevard yang terkenal di dunia, karena banyak orang luar yang meneliti desain boulevard ini. 
Meskipun tatanan bangunan di wilayah ini cenderung terlihat berpola grid, namun ada pula pola sentral yang tidak ditinggalkan disini, pola sentral tersebut dapat kita lihat pada monumen Mayor Hamid Rusdi. Dimana monumen tersebut menjadi titik pusat dan banyak terdapat bangunan – bangunan yang mengelilinginya. Lokasi Monumen ini terletak di Jl. Simpang Balapan, Ijen Boulevard Malang. Monumen ini didirikan atas gagasan dan inisiatif pihak TNI KOREM 083 Baladhika Jaya untuk mengenang jasa-jasa Mayor Hamid Rusdi dalam mewujudkan Kemerdekaan Indonesia. Diresmikan pertama kali pada 10 November 1975 di persimpangan jalan antara Jl. Semeru dan Jl. Arjuna. Namun kemudian dengan seiring keberhasilan Kota Malang dalam meraih dan mempertahankan Piala Adipura untuk yang kesekian kalinya, maka keberadaan monument Hamid Rusdi digantikan oleh Monumen Adipura Kencana. Kemudian Monumen Hamid Rusdi dipindahkan ke Areal Taman Rekreasi Sena Putra Malang. Sekarang ini Monumen Hamid Rusdi berada di Simpang Balapan atau Ijen Boulevard. Monumen Hamid Rusdi ini bersifat sebagai alun – alun dari wilayah Ijen. Ini merupakan salah satu lokalitas yang tidak ditinggalkan oleh pemerintahan Belanda. 
Seiring dengan perkembangan jaman dan perubahan arus global, kawasan – kawasan Ijen mulai semakin dipadati, sehingga keindahan yang dulu didapat dan dengan mudah dilihat, tidak dapat lagi dinikmati dengan mudah, karena memang ramai dan bangunan – bangunan pribumi mulai masuk dan merusak keindahan kawasan bangunan – bangunan peninggalan Kolonial Belanda.

BAB III
DUKUNGAN TEORI
Ruang terbuka merupakan ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka hijau sendiri bisa berbentuk jalan, jalan trotoar, Ruang Terbuka Hijau seperti taman kota, hutan hijau dan sebagainnya (utomo dalam haryanti 2008). Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (dep. Pekerjaan umum,2008). 
Taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Taman kota ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olahraga. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Suatu taman kota dapat menciptakan sense of place, menjadi sebuah landmark, dan menjadi titik berkumpulnya komunitas. Disamping itu, taman kota juga dapat meningkatkan nilai properti dan menjadi pendorong terlaksananya pembangunan. Taman kota seharusnya menjadi komponen penting dari pembangunan suatu kota yang berhasil (Garvin et al, 1997).
Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang Publik (public spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang dimaksud dengan ruang terbuka (open spaces) adalah:
  1. Ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang).
  2. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (pasal 1 ayat 1; UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang – Revisi terhadap UUPR No. 24/1992).
  3. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang)
  4. Suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik (Budihardjo, 1999; 90).
  5. Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau (Gallion, 1959; 282).
  6. Ruang yang berdasarkan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yaitu dalam bentuk taman, lapangan atletik dan taman bermain (Adams, 1952; 156)
  7. Lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi; konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya; atau keperluan sejarah dan keindahan (Green, 1962)
Beberapa pengertian tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) diantaranya adalah:
  1. Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau (Trancik, 1986; 61)
  2. Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri no.14/1988).
  3. Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi (Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell, 1983)
BAB IV
PENATAAN KAWASAN

“ Penataan Fungsi Ulang Idjen Boulevard sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota Malang”
    Program Pengembalian Kawasan Idjen Boluvard yang terdiri dari beberapa kegiatan antara lain yaitu Pengadaan jalur pengguna berkebutuhan khusus (diafable); Pembuatan Biopori di sepanjang jalur hijau; Menambahkan jenis dan jumlah Vegetasi; Sosialisasi Fungsi Kawasan Boulevard secara digital, visual melalui media social; dan Perbaikan saluran drainase tanah. Diharapkan dapat mencapai output yaitu tersedianya jalur pengguna berkebutuhan khusus, ada dan berfungsinya biopori di sepanjang atau keliling taman jalur hijau, semakin banyak vegetasi yang bermanfaat untuk menyuplai oksigen, saluran drainase berfungsi dengan baik saat musim hujan (tidak terjadi gengangan), dan Kawasan Boulevard sesuai dengan pembuatan awal (jalur RTH). Berdasarkan output yang direncanakan maka, akan didapatkan outcome dalam jangka pendek yaitu Masyarakat mengetahui fungsi ideal kawasan ijen Boulevard. Sedangkan jangka menengah yaitu kemampuan biopori sebagai resapan air hujan berfungsi dengan baik dan berkurangnya genangan air akibat hujan deras/drainase berfunsi dengan baik serta, Jangka Panjang yaitu Kembalinya kawasan Boulevard sebagai kawasan jalur terbuka hijau. Sehingga outcome tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Tata Kelola Kawasan Idjen Boulevard agar dapat memenuhi kondisi ideal untuk jangka waktu 5 – 10 tahun yang akan datang.

DAFTAR REFERENSI
Aryanto, Hendro., Wibowo., Jong, De, Gishela Kristiana,. Perancangan Buku Esai Fotografi Tentang Kawasan Idjen Boulevard, Malang. Universitas Kristen Petra : Surabaya
Baskara, Medha. Kota Malang – Taman Specifiek Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Budyono, Debora, Elis Nurlaelih, Euis, Djoko, Riyanto. Vol 4 no 1 2012. Lanskap Kota Malang Sebagai Objek Sejarah Kolonial. Jurnal Lanskap Indonesia.
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Malang pada Jaman Kolonial (1914 – 1940). Dimensi Bulan September 1996
Ramadanta, Asyra. Kajian Tipologi Dalam Pembentukan Karakter Visual dan Struktur Kawa. Malang.
Wicaksono., Sulistio, Harnen., Ibnu, M. Aang., Alfian, Dimas Cuzaka. 2013. Kajian Manajement Lalu Lintas Jarngan Jalan di Kawasan Terusan Ijen Kota Malang. Universitas Brawijaya : Malangsan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penentuan Kandungan CL (Klorida) dalam Air

DIGITASI ON SCREEN

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH