KONSTRIBUSI SUMBER DAYA MINYAK BUMI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
MAKALAH
GEOGRAFI
EKONOMI
KONSTRIBUSI
SUMBER DAYA MINYAK BUMI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Pembimbing
: I Nyoman Ruja
Oleh
:
Kelompok 1
|
|
|
|
|
|
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
MARET
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Sumberdayaalam (baik renewable
dan non renewable) merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup
manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan
berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di mukabumi (Fauzi,
2004). Kekayaan sumberdaya alam Indonesia ini pula yang menyebabkan negara kita
dijajah selama berabad-abad oleh negara Belanda dan juga selama tigasetengah
tahun oleh negara Jepang.
Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah tambang minyak
dan gas (MIGAS), yang termasuk dalam golongan sumberdaya non renewable. Sektor
migas merupakan salah satu andalan untuk mendapatkan devisa dalam rangka
kelangsungan pembangunan negara .Pencapaian penerimaan negara dari minyak dan gas bumi.
Pada tahun 2010 sebesar 102%. Realisasi penerimaan migas mencapai Rp 219,2
triliun, sedangkan target pada APBN-P 2010 sebesar Rp 215 triliun. Penerimaan
migas itu terdiri dari PPh migas Rp 58,9 triliun (106% dari target APBN-P 55,38
triliun), PNBP SDA migas Rp 152,05 triliun (100,2% dari target APBN-P Rp 151,78
triliun) dan PNBP lainnya Rp 8 triliun (101% dari target APBN-P Rp 7,9
triliun).(http://www.tambangnews.com)
Makalah
ini akan membahas bagaimana pengaruh minyak bumi dalam kontribusi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. Dengan mengkaji pertumbuhan, persebaran, dan cadangan minyak bumi maka
akan terlihat seberapa besar kontribusi minyak bumi dalam perekonomian.
B. Tujuan
1. Tujuan dari
penulisan makalah ini untuk mengkaji seberapa besar kontribusi sumberdaya
minyak bumi dalam pembengunan ekonomi.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
persebaran minyak bumi di Indonesia?
2. Faktor apa
yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan pertumbuhan minyak bumi di
Indonesia?
3. Apa pengaruh terdapatnya minyak bumi
terhadap perekonomian masyarakat sekitar?
4. Bagaimana
kontribusi minyak bumi di Indonesia?
5. Strategi
dan kebijakan apa yang harus diterapkan dalam meningkatkan perekonomian
Indonesia sehubungan dengan sumber daya minyak bumi?
BAB II
PEMBAHASAN
SUMBERDAYA ALAM
Rees (1990) diacu Fauzi (2004), sesuatu
untuk dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus : 1) ada pengetahuan, teknologi
atau keterampilan untuk memanfaatkannya dan 2) harus ada permintaan (demand)
terhadap sumberdaya tersebut. Dengan kata lain sumberdaya alam adalah faktor
produksi yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan
ekonomi. Secara umum sumberdaya alam dapat diklasifikasi kedalam dua kelompok,
yaitu :
1)
Kelompok Stok (Non Renewable)
Sumberdaya
ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas, sehingga eksploitasiny aterhadap
sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya, sumberstok dikatakan
tidak dapat diperbaharui (non renewable) atau terhabiskan (exhuastible)
2)
Kelompok flow
Jenis sumberdaya ini dimana jumlah dan kualitas fisik dari
sumberdaya berubah sepanjang waktu.Berapa jumlah yang kita manfaatkan sekarang,
bisa mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumberdaya
dimasa mendatang. Sumberdaya ini dikatakan dapat diperbaharui (renewable) yang
regenerasinya ada yang tergantung pada proses biologi dan ada yang
tidak.Sumberdaya alam tidak dapat terbarukan atau sering juga disebut sebagai
sumberdaya terhabiskan adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi
secara biologis. Sumberdaya alam ini terbentuk melalui proses geologi yang
memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan sebagai sumberdaya alam yang
siap diolah atau siap pakai. Jika diambil (eksploitasi) sebagian, maka jumlah
yang tinggal tidak akan pulih kembali seperti semula.
Salah satu yang termasuk dalam golongan sumberdaya tidak dapat
terbarukan adalah tambang minyak.Tambang minyak memerlukan waktu ribuan bahkan
jutaan tahun untuk terbentuk karena ketidak mampuan sumberdaya tersebut untuk
melakukan regenerasi.Sumberdaya ini sering kita sebut juga sebagai sumberdaya
yang mempunyai stok yang tetap.Sifat-sifat tersebut menyebabkan masalah
eksploitasi sumberdaya alam tidakterbarukan (non renewable) berbeda dengan
ekstrasi sumberdaya terbarukan(renewable).
Pengusaha pertambangan atau perminyakan, harus memutuskan
kombinasi yang tepat dari berbagai faktor produksi untuk menentukan produksi
yang optimal, dan juga seberapa cepat stok harus diekstraksi dengan kendala
stok yang terbatas. Berbasis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya.
Parameter
Model Ekonomi Kompetitif Model Sumberdaya NonRenewable
Maksimasi Keuntungan (maksimasiprofit, π)
penerimaan marjinal (p) sama dengan biaya marjinal (BM) atau p = BMStok yang
tidak diekstraksi, mempunyai nilai oppurtunitasnya atau P= BM + λ Ektrasi
Sumberdaya Investasi karena nilai rente
sumberdaya terkaait waktu. Penentuan rente / keuntungan tidak dihitung
masa kini juga masa sekarangTerkendala Stok, pada waktutertentu (terminal
period), stokakan habis. Peran waktusangat krusial, intertemporalSumber : Fauzi
(2004)
Masalah utama dalam usaha pertambangan
(termasuk penambangan minyak)adalah menemukan atau menaksir jumlah kandungan
sumberdaya alam yang kita milikidan menurunkan tingkat kesulitan (pemanfaatan)
yang akan dihadapi.Menurut Sahat 1997, informasi mengenai letak dan jumlah
kandungan sumberdaya alam merupakan suatu hal yang sangat berharga dan vital,
baik bagi pemiliksumberdaya (pemerintah) maupun kontraktor (penambang). Jika
pemilik tidakmengetahui berapa jumlah dan nilai sumberdaya yang dimiliki, maka
perusahaanpertambangan akan menekan harga sewa atau bagi hasil tambang
tersebut. Bisa jugadengan menaikan nilai tambang melebihi nilai sebenarnya,
sehingga pemilik atau oranglain mau menanamkan modalnya pada usaha patungan
yang akan dibuat. Kasuspendugaan stok tambang tembaga (yang sebenarnya lebih
banyak kandungan emasnya)di Tembagapura Timika merupakan salah satu contoh
ketidakmampuan kita untuk
mengetahui
jumlah dan jenis kandungan tambang yang ada secara tepat.
Perkembangan teknologi saat ini, telah
mampu menekan biaya dan waktu untuk pendugaan besar kandungan. Dengan bantuan
teknologi pengeinderaan jauh (citrasatelit dan foto udara) menjadikan kegiatan
lebih mudah, namun survei lapangan atau eksplorasi permukaan (ground survey)
dan pengujian contoh masih tetap sangat diperlukan.Sementara itu, tingkat ketidak
pastian dari ekplorasi masih tinggi.Hasil penelitian di AS mengenai minyak bumi
dan gas menunjukkan bahwa nilai kiraan eksplorasi berada diantara sepersepuluh
sampai sepuluh kali dari jumlah deposit sebenarnya yang diperoleh pada saat /
sesudah produksi berjalan. Artinya kiraan eksplorasi deposit bisa melesat
sepuluh kali dari nilai sebenarnya. (M. Uman et.al 1979,diacu dalam Sahat
1997).
Salah satu sumberdaya alam yang melimpah di
dunia yaitu minyak bumi. Inilah yang akan menjadi kajian dalam makalah ini.
Berikut merupakan proses terjadinya minyak bumi
Meurut Teori
Biogenesis / Organik
- Macqiur (Prancis, 1758), MW Lamanosow (Rusia, 1763)
Mengemukakan bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan
- New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938), dan Hofer
Mengemukakan bahwa minyak dan gas
bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu
dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.
Menurut teori ini :
· Minyak bumi dan gas alam terbentuk
dari ragam binatang dan tumbuhan yang mati dan tertimbun di bawah endapan
lumpur.
· Endapan lumpur kemudian dihanyutkan
arus sungai menuju laut.
· Lalu mengendap di dasar lautan dan
tertutup lumpur dalam waktu yang sangat lama.
· Akibat pengaruh waktu, temperatur
tinggi, tekanan lapisan batuan di atasnya, maka binatang dan tumbuhan mati
tersebut berubah menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.
2.1 Persebaran Minyak Bumi di Dunia dan
Indonesia
Gambar di atas
mendiskripsi persebaran dan kuantitas dari keberadaan minyak bumi. Peta
Sumberdaya minyak bumi tersubut terlihat jelas bahwa jumlah sumberdaya minyak
bumi yang paling banyak mencapai 66% yaitu di Iraq, iran, Saudi Arabia, atau
yang biasa di sebut middle east.Negara-negara
inilah yang membantu kebutuhan energi dunia.Ini semua merupakan sebab
pergerakan lempeng dunia, yang menentukan banyak atau tidaknya sumberdaya
minyak bumi.
Sumberdaya
minyak bumi yang paling sedikit berada di negara Austria, Belgium, Denmark,
finland, dan negara yang lainnya atau bisa di sebut western Europe. Sedangkan
sumberdaya minyak di Indonesia berada pada urutan ke-6.
ü
Peta
Cadangan minyak bumi tahun 2009-2011
Dari
peta cadangan minyak bumi sudah terlihat jelas bahwa pada tahun 2009-2011
cadangan minyak bumi semakin menurun. Ini akan berdampak pada semua sektor yang
membutuhkan energy minyak bumi. Kelangkaan akan terjadi dan perlu adanya
penanganan secara khusus untuk mengatasi masalah di atas.
ü Peta Cekungan minyak bumi
ü Peta
Lokasi Kilang Minyak di Indonesia
2.2 pertumbuhan minyak bumi di
Indonesia
Keterangan gambar diatas: pada dasarnya gambar diatas menjelaskan tentang produksi minyak bumi semakin tahun semakin menurun. Hal tersebut membuktikan
bahwa adanya eksploitasi yang besar. menurunnya tingkat produksi ini akan
mempengaruhi beberapa sektor ekonomi, baik mikro dan makro. Jika kondisi ini
terus menerus terjadi, maka perekonomian semakin menurun karena kontribusi
minyak bumi pada perekonomian menurun.
2.3 Faktor yang mempengaruhi penurunan
dan peningkatan pertumbuhan minyak bumi di Indonesia
Ø
Penurunan pertumbuhan minyak bumi
Argumen yang
dilakukan pemerintah dan kalangan pendukung kenaikan BBM sebagai berikut:
1. Perbedaan harga jual domestik dengan
harga luar negeri yang sangat timpang akibat peningkatan harga minyak bumi yang
dewasa ini telah mencapai US$ 50 per barrel, jauh di atas harga minyak bumi
yang ditetapkan dalam asumsi harga minyak dalam APBN 2005 sebesar US$ 24 per
barrel. Perbedaan harga ini menimbulkan kemudian pembengkakan subsidi.
2. Penyesuaian harga BBM telah
dilakukan oleh hampir semua negara di dunia termasuk negara-negara yang
berpendapatan lebih rendah dari Indonesia seperti India, Bangladesh atau
negara-negara di Afrika. Bahkan di Timor Timur – yang merupakan salah satu
negara termiskin di dunia – harga domestik BBM jauh di atas harga BBM di
Indonesia
3. Harga domestik yang terlalu rendah
telah mendorong pertumbuhan tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Sepanjang
tahun 2004 lalu pertumbuhan BBM antara 5 % per tahun.Sementara produksi minyak
mentah Indonesia terus mengalami penurunan. Selain itu perbedaan harga domestik
dan international yang cukup tinggi mendorong terjadinya penyelundupan
4. Alasan lain yang menjadi dasar
Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kelompok 40% kelompok teratas temasuk
minyak tanah
5. Penyesuaian harga BBM memungkinkan
pemerintah akan mengalokasikan lebih banyak program penanggulangan kemiskinan, pembangunan
pedesaan baik yang bersifat investasi jangka panjang (pendidikan dan kesehatan)
maupun pengurangan biaya transaksi (infrastruktur pedesaan) dan pengurangan
beban keluarga miskin dalam jangka pendek
6. Semakin meningkatnya pertumbuhan
penduduk, sehingga konsumsi minyak bumi semakin besar
Ø
Peningkatan minyak bumi
Banyaknya fosil yang terpendam, karena di Indonesia terdapat sumber
daya alam yang sangat besar misalnya:
a.
Daerah
daratan yaitu adanya hutan menghasilkan hewan dan tumbuhan-tumbuhan. Dari hewan
dan tumbuhan itu jika mati akan menumpuk atau terpendam sehingga menyebabkan
adanya sumber daya alam minyak bumi.
b.
Dunia
laut banyak sekali biota laut salah satunya yaitu ikan, jika ikan itu terseret
ombak maka dia kan muncul di daerah daratan dan mati mengendap. Seterusnya akan
seperti itu jika pengendapan itu berlansung lama dan menumpuk maka bisa
menghasilkan sumber daya minya bumi.
2.4 Peran dan kontribusi (Energi) minyak bumi dalam perekonomian di
Indonesia
Energi merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan bagi tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk
pembangunan di Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan
(penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan yang utama untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan.
a.
Peranan
energi sebagai sumber penerimaan negara
Penerimaan
negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas), memberikan sumbangan
yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Walaupun peranan minyak dan
gas bumi dalam penerimaan negara relatif semakin menurun, namun dalam jangka
waktu lima tahun terakhir
(1996/97-1999/2000) rata-rata penerimaan minyak dan gas bumi dibandingkan
dengan jumlah penerimaan dalam negeri masih mencakup yaitu sekitar 30%.
Penerimaan
minyak dan gas bumi dipengaruhi oleh besarnya tingkat produksi minyak mentah
dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG, harga minyak mentah dan biaya
produksi. Unsur lain yang juga penting dan mempengaruhi besarnya penerimaan
minyak dan gas adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Selain sebagai sumber penerimaan negara, minyak dan gas bumi juga berperan
sebagai sumber penerimaan devisa.
b. Peranan energi untuk kebutuhan
konsumsi dalam negeri.
Dalam
hal ini terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi sedemikian kuat,
peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan meningkatnya konsumsi
energy.Di Indonesia tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 7%
per tahun mengakibatkan pertumbuhan konsumsi energi meningkat sebesar 10%.
Hubungan tersebut disebut dengan ”elastisitas energi” terhadap kegiatan energi,
atau dapat didefenisikan sebagai perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai
akibat perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan kegiatan
ekonomi.
ü Listrik sebagai Sumber Daya Energi
Tenaga
listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang
memegang peranan penting dalam upaya mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana
produksi, tersedianya tenaga listrik dalam jumlah dan mutu pelayanan yang baik
serta harga yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju
pembangunan di berbagai sektor lain. Pembangunan di berbagai sektor ini sangat
penting bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pendapapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada
gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga listrik. Di samping itu,
tersedianya tenaga listrik yang meratadan dipergunakan secara luas untuk
keperluan sehari-hari akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan
masyarakat.
Minyak
bumi, gas bumi dan batu bara merupakan sumber daya energi yang dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak bumi, gas bumi dan
batu bara sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri menyebabkan pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk
melakukan diversifikasi energi untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN)
bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan berdirinya pusat-pusat
pembangkit listrik tenaga air, tenaga gas, maupun panas bumi.
Sebagai
salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh konsumen, tenaga
listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran
pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan serempak dengan
tahap pembangunan nasional.Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan ketenagalistrikan
harus selalu menunjang setiap tahap pembangunan nasional baik dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun dalam mendorong peningkatan
ekonomi.
Kebijakan penentuan harga energi di
Indonesia tidak dilakukan melalui mekanisme pasar melainkan ditetapkan secara
administrasi oleh pemerintah. Dalam penentuan harga energi ada empat hal yang
harus dipertimbangkan yaitu:
a. Tujuan
efisiensi ekonomi : untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dengan harga serendah rendahnya dan
memelihara cadangan minyak untuk keperluan ekspor, khususnya dengan mendorong
pasar domestik untuk mensubstitusikan konsumsinya dengan alternatif bahan bakar
lain yang persediaannya lebih melimpah (gas dan batubara) atau sumber energi
yang nontradable seperti tenaga air (hydropower) dan panas bumi (geothermal).
b. Tujuan
mobilisasi dana : dengan
memaksimumkan pendapatan ekspor dan pendapatan anggaran pemerintah dari ekspor
sumber energi yang tradable seperti migas dan batubar yang memungkinkan
produsen untuk menutupi biaya ekonominya dan memperoleh sumber dana untuk
membiayai pertumbuhan dan pembangunan.
c. Tujuan sosial
(pemerataan) : mendorong
pemerataan melalui perluasan akses bagi kebutuhan pokok yang bergantung pada
energi seperti penerangan, memasak, dan transportasi umum.
d. Tujuan
kelestarian lingkungan : mendorong
agar pencemaran lingkungan seminum mungkin sebagai dampak pembakaran sumber
sumber energi.
Keempat tujuan
di atas merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebijakan,
sehingga kemungkinan bentrokan dapat di atasi. Sebagai contoh studi yang
dilakukan Pitt (1985 dalam [4]) menunjukkan tujuan untuk mengurangi dampak
lingkungan praktis tidak tercapai.
Berikut
merupakan strategi dalam menjaga sumberdaya minyak bumi:
v Pengembangan
Energi Alternatif
Indonesia sesungguhnya memiliki potensi
sumber energi terbarukan dalam jumlah besar. Beberapa diantaranya bisa segera
diterapkan di tanah air, seperti: bioethanol sebagai pengganti bensin,
biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga surya,
tenaga angin, bahkan sampah/limbah pun bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik. Hampir semua sumber energi tersebut sudah dicoba diterapkan dalam
skala kecil di tanah air. Momentum krisis BBM saat ini merupakan waktu yang
tepat untuk menata dan menerapkan dengan serius berbagai potensi tersebut.
Meski saat ini sangat sulit untuk melakukan substitusi total terhadap bahan
bakar fosil, namun implementasi sumber energi terbarukan sangat penting untuk
segera dimulai
Kebijakan penghapusan subsidi BBM pada
tahun 2005 merupakan momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mengembangkan
batubara sebagai energi alternatif yang prospeknya cukup menjanjikan. baik
dilihat dari cadangan yang melimpah maupun dari harga yang relatif lebih murah
dibanding BBM. Sebagai contoh bila digunakan di sektor listrik, batubara lebih
murah dibanding BBM. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang
menggunakan solar, harga listrik mencapai Rp 500 per KWh. Sementara menggunakan
batubara biayanya hanya sekitar Rp 50 per KWh. Jadi bisa menghemat biaya kurang
lebih Rp 30 milyar per tahun.
Bila digunakan di sektor rumah tangga
pun untuk keperluan memasak atau sektor industri untuk bahan bakar, batubara
sangatlah hemat. Setiap satu liter minyak tanah dapat digantikan dengan 0.6 kg
briket batubara (Soedjoko dalam Warta, 2003). Berdasarkan pada hitungan
konversi energi ini, kita dapat mengambil contoh penghematan yang akan diperoleh.
Pada tahun 2003. harga batubara sekitar Rp 222.27 per kg. sementara minyak
tanah Rp 700 per liter. Pada tahun 2003 rata-rata pemakaian minyak tanah di
sektor rumah tangga sekitar 179 liter pertahun. maka biaya yang harus
dikeluarkan untuk membeli minyak tanah adalah Rp 125.300 per rumah tangga.
Sedangkan, jika menggunakan batubara, maka besarnya biaya yang harus
dikeluarkan hanya Rp 23.872. Dengan demikian ada penghematan sebesar Rp 101.428
per rumah tangga. Dengan merujuk pada data BPS yang menyebutkan bahwa jumlah
rumah tangga tahun 2003 sebanyak 56.625.000. jadi sebenarnya ada potensi
penghematan yang bisa dilakukan untuk pengeluaran energi di sektor rumah tangga
sebesar Rp 5.74 trilyun. Dengan harga minyak tanah yang mencapai Rp 2000
perliter pada tahun 2005. maka tentu saja penghematan ini akan jauh lebih besar
lagi.
Proses substitusi penggunaan energi ini tentu saja harus
dibarengi dengan inovasi peralatan dan mesin-mesin industri yang bisa mendukung
digunakannya energi alternatif tersebut dan bisa meminimalisir efek negatif
dari penggunaan energi alternatif, seperti polusi dari hasi pembakaran
batubara. Begitupun halnya dengan substitusi energi di sektor rumah
tangga.Perlu ditunjang dengan ketersediaan alat yang kompatibel dengan harga
yang terjangkau oleh masyarakat.Di sisi lain.
untuk memberikan kenyamanan pada pengguna energi alternatif. maka pemerintah
perlu memberikan jaminan kontinuitas distribusi energi alternatif tersebut.
Mengganti BBM dengan batubara atau gas bumi memang terkesan hanya sebagai
solusi jangka pendek karena memang sama-sama energi tidak terbarukan (non
renewable energy), namun hal ini akan menjadi jembatan penting untuk
pengembangan energi alternatif lain yang dapat diperbaharui (renewable energy).
o Bioethanol
Bioethanol
adalah ethanol yang
diproduksi dari tumbuhan. Brazil, dengan 320 pabrik bioethanol, adalah negara
terkemuka dalam penggunaan serta ekspor bioethanol saat ini. Di tahun 1990-an,
bioethanol di Brazil telah menggantikan 50% kebutuhan bensin untuk keperluan
transportasi; ini jelas sebuah angka yang sangat signifikan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Bioethanol tidak saja menjadi
alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun dia mampu
menurunkan emisi CO2 hingga 18% di Brazil. Dalam hal prestasi mesin, bioethanol
dan gasohol (kombinasi bioethanol dan bensin) tidak kalah dengan bensin; bahkan
dalam beberapa hal, bioethanol dan gasohol lebih baik dari bensin. Pada
dasarnya pembakaran bioethanol tidak menciptakan CO2 neto ke lingkungan karena
zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku
bioethanol. Bioethanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung,
singkong, ubi, dan sagu; ini merupakan jenis tanaman yang umum dikenal para
petani di tanah air. Efisiensi produksi bioethanol bisa ditingkatkan dengan
memanfaatkan bagian tumbuhan yang tidak digunakan sebagai bahan bakar yang bisa
menghasilkan listrik.
o Biodiesel
Serupa dengan bioethanol, biodiesel telah digunakan di beberapa
negara, seperti Brazil dan Amerika, sebagai pengganti solar. Biodiesel
didapatkan dari minyak tumbuhan seperti sawit, kelapa, jarak pagar, kapok, dsb.
Beberapa lembaga riset di Indonesia telah mampu menghasilkan dan menggunakan
biodiesel sebagai pengganti solar, misalnya BPPT serta Pusat Penelitian
Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan ITB. Kandungan sulfur
yang relatif rendah serta angka cetane yang lebih tinggi menambah daya tarik
penggunaan biodiesel dibandingkan solar. Seperti telah diketahui, tingginya
kandungan sulfur merupakan salah satu kendala dalam penggunaan mesin diesel,
misalnya di Amerika. Serupa dengan produksi bioethanol, pemanfaatan bagian
tanaman yang tidak digunakan dalam produksi biodiesel perlu mendapatkan
perhatian serius. Dengan kerjasama yang erat antara pemerintah, industri, dan
masyarakat, bioethanol dan biodiesel merupakan dua kandidat yang bisa segera
diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
o Tenaga Panas Bumi
Salah satu sumber energi
terbarukan yang potensinya sangat besar adalah panas bumi. Berdasarkan data
Indonesia Power, saat ini baru sekitar lima persen potensi panas bumi yang
dimanfaatkan di Indonesia. Dari 16.035 megawatt, baru 780 megawatt listrik yang
dihasilkan dari panas bumi.
Padahal potensi listrik
yang dapat dibangkitkan dari panas bumi tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia, khususnya di sepanjang jalur pegunungan bagian selatan. Yaitu 4.885
megawatt di Sumatera, 8.100 megawatt di Jawa-Bali, 1.500 megawatt di Sulawesi,
dan 1.550 megawatt di pulau-pulau lainnya.
Bahkan berdasarkan data
yang dipakai dalam blueprint pengelolaan energi nasional (PEN), potensi panas
bumi mencapai 27 ribu megawatt. Secara teori, sumber panas bumi memang kemungkinan
besar ditemukan di jalur pegunungan yang melalui kawasan Indonesia.
Hanya saja sumber panas
bumi kebanyakan berada di daerah terpencil di puncak gunung. PLTP Kamojang saja
berada pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl) dan 25 kilometer
dari Garut. Dengan alasan kesulitan menjangkau dan besarnya investasi yang
harus diperlukan untuk menyalurkan listrik yang dihasilkan ke sistem
interkoneksi, sumber listrik panas bumi tidak sepopuler Pembangkit Listrik
Tenaga Uap, Gas, atau Diesel.
Namun sejak harga minyak
membumbung tinggi sementara pasokan minyak semakin tergantung impor, mulailah
dilirik berbagai sumber energi alternatif termasuk panas bumi. Seharusnya
pemerintah bisa mendorong berbagai pihak agar target produksi panas bumi melebihi
9.000 megawatt pada tahun 2025. Jika target tersebut tercapai sesuai blueprint
PEN, panas bumi akan memasok 3,8 persen kebutuhan listrik nasional.
Harga jual listrik ke
masyarakat paling tingi hanya Rp 495 per kilowatt jam. Sehingga harus ada negosiasi
ulang dengan Pertamina dapat dilakukan. Kendala lain yang harus segera diatasi
adalah dukungan kebijakan dari pemerintah. Meskipun sudah ada Undang-undang No.
27 Tentang Panas Bumi, belum diikuti oleh berbagai peraturan perundang-undangan
yang mendukung pelaksanaannya. Padahal potensi pembangkitan energi yang ramah
lingkungan ini juga berpotensi untuk mendatangkan devisa dari penerbitan
sertifikasi clean development management (CDM). Sayang sekali jika potensi
panas bumi yang sangat besar tidak segera termanfaatkan.
o Mikrohidro
Mikrohidro
adalah pembangkit
listrik tenaga air skala kecil (bisa mencapai beberapa ratus kW). Relatif
kecilnya energi yang dihasilkan mikrohidro (dibandingkan dengan PLTA skala
besar) berimplikasi pada relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal
tanah yang diperlukan guna instalasi dan pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut
merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan. Mikrohidro cocok diterapkan di pedesaan yang belum terjangkau
listrik dari PT PLN. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang
memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Energi tersebut dimanfaatkan untuk
memutar turbin yang dihubungkan dengan generator listrik. Mikrohidro bisa
memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan
ketinggian air 2.5 m bisa dihasilkan listrik 400W. Potensi pemanfaatan
mikrohidro secara nasional diperkirakan mencapai 7,500 MW, sedangkan yang
dimanfaatkan saat ini baru sekitar 600 MW. Meski potensi energinya tidak
terlalu besar, namun mikrohidro patut dipertimbangkan untuk memperluas
jangkauan listrik di seluruh pelosok nusantara.
o Tenaga Surya
Energi yang berasal dari radiasi
matahari merupakan potensi energi terbesar dan terjamin keberadaannya di muka
bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya, energi matahari bisa dijumpai di
seluruh permukaan bumi. Pemanfaatan
radiasi matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu
diketahui bahwa berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga
air, dsb, sesungguhnya juga berasal dari energi matahari. Pemanfaatan radiasi
matahari umumnya terbagi dalam dua jenis, yakni termal dan photovoltaic. Pada
sistem termal, radiasi matahari digunakan untuk memanaskan fluida atau zat
tertentu yang selanjutnya fluida atau zat tersebut dimanfaatkan untuk
membangkitkan listrik. Sedangkan pada sistem photovoltaic, radiasi matahari
yang mengenai permukaan semikonduktor akan menyebabkan loncatan elektron yang
selanjutnya menimbulkan arus listrik. Karena tidak memerlukan instalasi yang
rumit, sistem photovoltaic lebih banyak digunakan. Sebagai negara tropis,
Indonesia diuntungkan dengan intensitas radiasi matahari yang hampir sama
sepanjang tahun, yakni dengan intensitas harian rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2.
Meski terbilang memiliki potensi yang sangat besar, namun pemanfaatan energi
matahari untuk menghasilkan listrik masih dihadang oleh dua kendala serius:
rendahnya efisiensi (berkisar hanya 10%) dan mahalnya biaya per-satuan daya
listrik. Untuk pembangkit listrik dari photovoltaic, diperlukan biaya US $ 0.25
- 0.5 / kWh, bandingkan dengan tenaga angin yang US $ 0.05 - 0.07 / kWh, gas US
$ 0.025 - 0.05 / kWh, dan batu bara US $ 0.01 - 0.025 / kWh . Pembangkit lisrik
tenaga surya ini sudah diterapkan di berbagi negara maju serta terus
mendapatkan perhatian serius dari kalangan ilmuwan untuk meminimalkan kendala
yang ada.
o Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin
disinyalir sebagai jenis pembangkitan energi dengan laju pertumbuhan tercepat
di dunia dewasa ini. Saat ini kapasitas total pembangkit listrik yang berasal
dari tenaga angin di seluruh dunia berkisar 17.5 GW [17]. Jerman merupakan
negara dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin terbesar, yakni 6 GW,
kemudian disusul oleh Denmark dengan kapasitas 2 GW [17]. Listrik tenaga angin
menyumbang sekitar 12% kebutuhan energi nasional di Denmark; angka ini hendak
ditingkatkan hingga 50% pada beberapa tahun yang akan datang. Berdasar
kapasitas pembangkitan listriknya, turbin angin dibagi dua, yakni skala besar
(orde beberapa ratus kW) dan skala kecil (dibawah 100 kW). Perbedaan kapasitas
tersebut mempengaruhi kebutuhan kecepatan minimal awal (cut-in win speed) yang
diperlukan: turbin skala besar beroperasi pada cut-in win speed 5 m/s sedangkan
turbin skala kecil bisa bekerja mulai 3 m/s. Untuk Indonesia dengan estimasi
kecepatan angin rata-rata sekitar 3 m/s, turbin skala kecil lebih cocok
digunakan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa pada daerah yang berkecepatan
angin lebih tinggi (Sumatra Selatan, Jambi, Riau,dsb) bisa dibangun turbin
skala besar. Perlu diketahui bahwa kecepatan angin bersifat fluktuatif,
sehingga pada daerah yang memiliki kecepatan angin rata-rata 3 m/s, akan
terdapat saat-saat dimana kecepatan anginnya lebih besar dari 3 m/s - pada saat
inilah turbin angin dengan cut-in win speed 3 m/s akan bekerja. Selain untuk
pembangkitan listrik, turbin angin sangat cocok untuk mendukung kegiatan
pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi, aerasi tambak ikan,
dsb.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
- Cadangan minyak dan produksi minyak dunia terus mengalami penurunan sedangkan komsumsi minyak semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian sehingga sejak tahun 2004, Indonesia merupakan net-importer.
- Penentuan harga jual BBM di Indonesia sangat ditentukan oleh asumsi harga minyak APBN dan asumsi apakah minyak dianggap sebagai penerimaan negara atau bukan.
- Alasan kenaikan harga BBM di Indonesia antara lain: defisit APBN, kenaikan BBM dilakukan banyak negara, harga BBM rendah mendorong peningkatan konsumsi, disparitas harga mendorong penyelundupan, subsidi BBM banyak dinikmati golongan kaya, realokasi subsidi BBM ke subsidi yang bersifat produktif, dan insentif berkembangnya energi alternatif.
- Dampak kenaikan BBM terhadap kemiskinan sangat tergantung dari dampak kenaikan BBM terhadap inflasi khususnya inflasi bahan makanan.
- Minyak bumi mempunyai peran penting dalam kontribusi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi karena minyak bumi merupakan energi yang digunakan untuk mengolah dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan. Tidak hanya itu, minyak bumi menyumbang devisa negara terbesar
- Pengembangan Energi Alternatif dilakuakn dengan berbagai cara, diantaranya: Bioethanol, Biodiesel, Tenaga Panas Bumi, Mikrohidro, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin
3.2 Saran
Makalah ini
masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat membangun dalam penyempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://casdiraku.wordpress.com/2010/02/17/peran-strategis-minyak-dan-gas-bumi/ http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/5931-harga-jual-gas-industri-naik-.html
Komentar
Posting Komentar