MEMASUKAN NILAI KOORDINAT X, Y KE DALAM PETA (COORDINAT GEOGRAPHY)



LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
ACARA 5

MEMASUKAN NILAI KOORDINAT X, Y KE DALAM PETA (COORDINAT GEOGRAPHY)




OLEH :

QONITA AZ-ZAHRA
130722607352
ANG. 2013 / H

DOSEN ;
ALFI NUR RUSYDI S.Si M.Sc


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
FEBRUARI 2015
I.                   TUJUAN
-          Mahasiswa mengetahui cara mencari letak titik suatu objek berdasarkan koordinat atau nilai X,Y
-          Mahasiswa mampu mengetahui manfaat penggunaan COG atau Coordinat Geography dalam pembuatan peta.

II.                ALAT DAN BAHAN
-          Laptop
-          Software ArcGIS 10.1
-          Peta Administrasi D. I. Yogyakarta
-          Nilai COGO

III.             DASAR TEORI
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). Sistem Informasi Geografis atau SIG atau yang lebih dikenal dengan GIS mulai dikenal pada awal 1980-an. Sejalan dengan berkembangnya  perangkat komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras, SIG berkembang mulai sangat pesat pada era 1990-an dan saat ini semakin berkembang.
Secara umum pengertian SIG ”Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras,  perangkat lunak, sumberdaya manusia dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis ”.
Proses input data merupakan salah satu bagian dari subsistem SIG. Proses input data memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas data yang digunakan. Untuk itu dalam proses input data banyak hal yang perlu dipahami termasuk sumber peta, tahun pembuatan, skala, koordinat/proyeksi yang digunakan, dan tingkat RMS error hasil koreksi.
Sumber data yang digunakan sebagai input dalam SIG dapat dikalsifikasikan dari beberapa sumber yaitu : 1) Survey lapangan, 2) data statistic, 3) foto udara, 4) citra satelit dan data sensus. Data-data tersebut dapat dimasukkan dalam aplikasi SIG dengan beberapa cara yaitu: digitasi on screen, digitasi dengan meja digitaizer (analog digitation), digitasi dengan teknik COGO (coordinat geometric), live digitasi, software R2V ataupun teknik lainnya. Teknik digitasi yang pada awalnya dikembangkan adalah digitasi dengan menggunakan meja digitaizer. Teknik ini memiliki akurasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Mahalnya harga dan kurang praktisnya peralatan menyebabkan teknik ini kurang banyak diminati.
Teknik COGO merupakan teknik yang memadukan antara peripheral GPS langsung dilapangan yang kemudian data tersebut di transver dalam software SIG. live digitasi merupakan teknik digitasi yang memadukan antara software SIG dengan teknologi GPS, untuk dapat mengoperasionalkan proses ini diperlukan software perantara yaitu ArcPad. Dan teknik yang terakhir adalah teknik yang menggunakan software R2V. model kinerja dalam proses ini seperti proses scan gambar yang langsung diubah dalam bentuk vector, namun proses ini masih memerlukan proses editing lagi yang membutuhkan waktu relative lama.

IV.             LANGKAH KERJA



































 











V.                CARA KERJA
1.      Buka ArcGIS à Add Data ADMIN.tif
2.      Lakukan Start Editing pada Layer Admin.tif
3.      Lakukan Edit Feature. Klik kanan pada layer ADMIN.tif.
4.      Pada Box Create Feature buatlah 3 data yang terdiri dari point untuk Lokasi Ibukota Kabupaten, Line untuk Garis, dan Poligon untuk area. Data Koordinat didapatkan pada Data COGO. Jangan lupa mengedit tanda koma atau titik agar data yang dimasukkan dapat muncul di layer.
      
5.      Masukkan satu persatu data COGO dengan cara klik kanan pada peta, pilih Absolute X,Y. lakukan sampai semua data padapoint, line dan polygon.
6.      Hasil akhir setelah semua data COGO dimasukkan yaitu seperti pada gambar dibawah. Sebelum melakukan layout peta jangan lupa lakukan save edit dan stop edit. Sehingga data yang terbuat tidak hilang.
7.      Lakukan Layout pada masing-masing peta COGO D.I. Y
8.      Lakukan pula overlay pada ketiga peta tersebut. Sehingga didapatkan data yang lengkap.

VI.             HASIL PRAKTIKUM
(TERLAMPIR)

VII.          PEMBAHASAN
Mendesain peta pada praktikum kali ini digunakan software arcgis karena dengan berbagai pertimbangan yang dirasa lebih mudah dan mempunyai banyak keunggulan lainnya. Dalam membuat  geodatabase digunakan software arccatalog yang mempunyai 3 tipe dataset yaitu feature classes, raster dataset, dan table dimana satu sama lainnya memiliki fungsi dan peranan yang berbeda. Pada acara praktikum SIG kali ini yang dilakukan adalah melakukan kegiatan input data, editing data, georeferencing, spatial adjustment, topology rules, displaying data, atau layout. Salah satu kegiatan yaitu georeferencing data merupakan wujud dari salah satu kegiatan input data selain raster to vector dimana menggunakan aplikasi arcscan, serta kesalahan pada garis (topology), dan COGO (coordinat geography).
Hal pertama yang harus dilakukan dalam mendesain peta adalah membuat database (basis data) dengan menggunakan aplikasi arccatalog. Namun sebelum mendesain basis data, terlebih dahulu harus mengerti tentang prinsip dari basis data itu sendiri. Pembuatan basis data dimaksudkan untuk menciptakan sebuah klasifikasi-klasifikasi tertentu yang dikelompokkan dalam suatu wadah-wadah tertentu dengan tujuan agar diperoleh suatu informasi yang spesifik dimana berawal dari pandangan umum menuju pandangan yang khusus.
Untuk memudahkan dalam memahami pembuatan data ini, kita analogikan bahwa basis data ini sebagai sebuah lemari (almari). Jika kita melihat sebuah lemari, maka akan dijumpai beberapa laci-laci yang kecil. Dan terkadang didalam sebuah laci yang kecil juga terdapat space (ruang) yang masih terbagi-bagi dengan tujuan agar memudahkan kita mengklasifikasikan benda yang kita punya ketika kita meletakkan benda-benda tersebut kedalam lemari tersebut sehingga akan memudahkan kita ketika ingin mengambil benda yang kita inginkan.
Begitu pula dengan pembuatan basis data ini. Dalam basis data dikenal istilah Personal geodatabase atau file geodatabase dimana kita analogikan sebagai sebuah almari yang mana almari tersebut terserah kita sendiri untuk digunakan sebagai menyimpan benda yang mempunyai tema yang kita sendiri inginkan. Personal Geodatabase pada prinsipnya digunakan untuk pembuatan lemari dari tiap-tiap file namun hanya dikerjakan secara individu sedangkan file geodatabase digunakan untuk lemari dari tiap-tiap file namun dikerjakan secara bersama-sama dalam sebuah jaringan komputer (networking) dengan hasil peta yang lebih kompleks dan lebih cepat selesai.
Dalam kegiatan praktikum ini, digunakan personal geodatabase dengan maksud sebagai pengenalan dari software tersebut. Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pembuatan environment. Sebenarnya pembuatan environment ini tidak diwajibkan namun hal ini sangat disarankan karena akan memudahkan kita dalam melakukan olah data. Prinsip kerjanya adalah akan selalu menyimpan dan merakam data ketika terjadi perubahan-perubahan pada .isi peta sehingga mampu dideteksi dengan mudah.
Analogi selanjutnya adalah laci-laci yang merupakan bagian dari almari. Pada arccatalog, pembagian ruang ini dikenal istilah Feature dataset dimana didalamnya terdapat isi yaitu feature class. Feature dataset merupakan bagian yang dispesifikasikan dari personal geodatabase untuk memudahkan kita dalam pengelompokan data yang lebih spesifik lagi. Pada kegiatan praktikum kali ini dibuat dua feature dataset yang terdiri dari peta dasar dan peta tematik. Setelah itu memberikan koordinat terhadap feature dataset yang dicocokkan dengan koordinat Indonesia yang dalam kegiatan praktikum ini digunakan system UTM yaitu system UTM WGS 1984 UTM Zone 49S. Pada pembangian zona dengan UTM ini hanya terbagi menjadi dua yaitu 49N yaitu lokasi-lokasi yang terletak di utara dengan batas yang terletak di Greenwich dan 49S yaitu lokasi-lokasi yang terletak di selatan dengan batas yang sama.
Pada feature class dianalogikan sebagai isi dari sebuah laci dari almari. Pada feature class terdapat data vector yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu point features yang digunakan untuk data berupa titik, line features digunakan untuk data berupa garis, dan polygon features yang digunakan ,untuk menyatakan data berupa area. Tujuan pengelompokan data ini adalah menghindari terjadinya penumpukan data. Sehingga data tertata rapi dan memudahkan dalam melakukan pengolahan data.
Setelah melakukan basis data, selanjutnya adalah melakukan desain peta dengan menggunakan arcmap. Input data yang dilakukan adalah dengan melakukan georeferencing. Kegiatan georeferencing yaitu menentukan 4 titik yang bearada pada pojok-pojok peta yang disesuaikan dengan titik koordinat. Georeferencing bertujuan untuk mengurangi overlap ketika peta diplot serta dilakukan untuk menentukan titik-titik kunci dari peta sumber. Pada penentuan georeferencing terdapat informasi error yang disebut RMS (route mean scuare) nilai error ini akan muncul apabila telah dilakukan 4 penentuan titik kontrol, nilai RMS sebaiknya bernilai 0,2 – 0,9. Semakin kecil informasi RMS maka semakin akurat data georaferencing.
Setelah itu input data selanjutnya adalah melakukan digitasi on screen. Digitasi dilakukan bertujuan untuk mengubah peta raster (peta dasar) menjadi peta vector (peta hasil). Proses digitasi dilakukan pada skala tetap agar hasil digitasi tidak rusak. Khusus untuk digitasi jalan  pada saat ditemui persimpangan jalan harus diberhentikan digitasi yang kemudian baru dilanjutkan lagi, hal ini dilakukan agar tidak terjadi overlaying data. Penggunan digitasi ini dilakukan untuk peta dasar dengan adanya informasi warna pada peta dasar. Namun untuk memudahkan dalam digitasi jalan pada editor dipilih menu snapping. Fungsinya adalah langung menggabungkan dua titik ketika bertemu disuatu persimpangan tanpa harus ada kelebihan dan kekurangan garis. Namun pembuatan jalan dan sungai mempunyai kesalahan yang cukup besar dibandingkan dengan digitasi lainnya. Kesalahan ini dapat dibenahi dengan menu advance editing yang telah diaktifkan pada menu toolbar. Kesalahan-kesalahn tersebut dapat dilihat pada topology rules dan mampu untuk dikoreksi lagi sehingga didapatkan hasil yang bagus. Pada topology rules, aturan-aturan dapat dibuat sendiri sesuai dengan keinginan pembuat peta. Setelah itu kesalahan dideteksi dan dibenarkan dengan menu error inspector lalu diklik  validate entire topology maka data hasil digitasi yang salah akan langsung dibenarkan.
Untuk data poligon digunakan tool new feature class dimana ketika akan mendigitasi akan langsung mengikuti pola Poligon yang disetting sebelumnya pada arccatalog. Untuk membagi suatu area-area tertentu digunakan tool cut polygon features dimana mempunyai fungsi untuk memotong bagian-bagian kecil dari poligon yang telah di digit sebelumnya sehingga didapatkan area-area tertentu yang terbagi dlam jumlah tertentu. Disamping itu, selain mengenal tool diatas, juga dikenalkan pula tool arcscan. Dimana mempunyai fungsi sama seperti tool yang diatas yaitu sebagai alat bantu dalam digitasi peta. Namun kelebihan dari tool ini adalah mampu mendigitasi dengan mudah dan cepat tanpa memerlukan waktu yang cukup lama. Hanya menekan klik pada garis yang dikehendaki untuk dilakukan digitasi, maka garis digitasi akan mengikuti garis pada peta yang kita kehendaki untuk dibatasi areanya. Namun kelemahan tool  ini adalah memiliki kesalahan yang cukup besar dibanringkan dengan proses digitasi sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya adalah overlay, intersect, dan disslove.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggabungkan dua atau lebih peta yang mempunyai informasi yang berbeda namun masih berkaitan antar satu sama lain untuk dijadikan satu peta yang lebih praktis namun padat dengan informasi. Dalam kegiatan ini peta yang digabungkan adalah peta hujan, peta tanah, dan peta lereng. Sebelum digabungkan, feature class akan terlihat teracak dan tidak teratur. Untuk itu hal yang perlu dilakukan untuk menggabungkan antar feature class untuk disatukan dengan menggunakan intersect untuk diubah menjadi satu feature class.
Input data selanjutnya adalah COGO atau coordinate geography. Fungsi dari COGO ini adalah memasukkan informasi koordinat objek nyata yang kita kehendaki ke dalam peta dimana letaknya sesuai koordinat sebenarnya. Dalam pengambilan data COGO ini dilakukan langsung dilapangan dengan alat bantu berupa GPS. Alat bantu berupa GPS ini harus mempunyai syarat minimal untuk sinyalnya harus 3-4 sinyal. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang valid dan sesuai yang diharapkan. Jika objek yang dimaksud berupa titik, maka cukup satu saja untuk dilakukan pengambilan koordinat, misalnya Ibukota Kabupaten atau Ibukota Provinsi. Namun jika objek tersebut berupa poligon misalnya saja danau, maka perlu diambil 4 titik koordinat pada sudut-sudut bangunan tersebut minimal 4 titik. Sehingga didapatkan luasan bentuk poligon. Pada titik koordinat yang diambil adalah berupa X dan Y. Untuk titik Z tidak diambil karena memang tidak melakukan pengukuran untuk ketinggian. Hasil yang didapatkan adalah terjadi perbedaan bentuk bangunan dengan objek yang nyata. Komputer, terlihat bentuk berupa jajaran genjang tidak seperti bentuk sebenarnya yang berupa persegi. Hal ini dikarenakan faktor GPS yang kurang mendukung. Bisa saja sinyal yang ditangkap kurang, sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan titik koordinat.
Kegiatan terakhir adalah layouting. Kegiatan ini ditujukan untuk mempercantik tampilan dari peta yang telah kita buat sehingga enak untuk dipandang. Namun tujuan utama dari layouting adalah mendesain sedetail mungkin dan seinformatif mungkin sehingga hasil karya yang dikerjakan mampu untuk dibaca oleh orang lain. Tujuannya adalah pembaca peta mengerti tentang informasi yang disampaikan dan mampu untuk mendapatkan informasi dari peta yang telah dibuat. Setelah layouting selesai, maka hasil dari editan di export ke dalam bentuk file JPEG. Sehingga memudahkan dalam mencetak peta tersebut sewaktu-waktu.

VIII.       KESIMPULAN
Mencari titik, garis atau area dengan menggunkan data COGO mempermudah pembuat peta dalammencari wilayah koordinat. Sehingga, lokasi yang dimaksud sesuai dengan lokasi yang ada di lapangan. Karena data COGO didapatkan dengan cara pengeplotan pada GPS. Sehingga untuk tingkat kesalahan secara sistematik sangat kecil dibandingkan dengan kesalahan operator.


DAFTAR RUJUKAN

Zaenuri, Awaluddin. 2011. Praktikum Sistem Informasi Geografis. Fakultas Geografi. UGM
Purwanto. 2013 .Aplikasi Sistem Informasi Geografi ArcGIS 10. Universitas Negeri Malang. Malang.
Prahasta. Eddy.2009. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (dalam perspektif geologi dan geomatika). Informatika, Bandung.
GIS Konsorsium Aceh Nias. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar. 2007

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIGITASI ON SCREEN

Penentuan Kandungan CL (Klorida) dalam Air

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH