PENENTUAN KANDUNGAN CA DAN CACO3



ACARA VII
PENENTUAN KANDUNGAN CA DAN CACO3

I.                   TUJUAN
Mengetahui kandungan Ca dan CaCo3 pada sampel air sungai dengan menggunakan metode titrasi.

II.                ALAT DAN BAHAN

Alat
a.       Buret
b.      Elenmeyer
c.       Statif
d.      Pipet
Bahan
a.       Penentuan Ca
1.      Sampel air
2.      NH2OH – Hcl 3%
3.      Larutan Indikator murexida
4.      Larutan standart Na2EDTA 100 ml
5.      NACN dan KCN 2.5 %
6.      NaOH2N 1 ml
b.      Penentuan CaCO3
1.      Sampel air
2.      NH4OH 13.37 ml
3.      Larutan Indikator erichrome block T
4.      Larutan standart Na2EDTA 100 ml
5.      NACN dan KCN 2.5 %
6.      NaOH2N 1 ml


III.             DASAR TEORI
Kalsium karbonat adalah garam kalsium yang terdapat pada kapur, batu kapur, pualam dan merupakan komponen utama yang terdapat pada kulit telur. Kalsium karbonat berupa serbuk, putih, tidak berbau, tidak berasa, stabil di udara. Praktis tidak larut dalam air, kelarutan dalam air meningkat dengan adanya sedikit garam amonium atau karbon dioksida. Larut dalam asam nitrat dengan membentuk gelembung gas. Salah satu sifat kimia dari kalsium karbonat yaitu dapat menetralisasi asam. Penggunaan kalsium karbonat dalam bidang farmasi adalah sebagai antasida karena kemampuannya dalam menetralisir asam, namun kalsium karbonat dapat menyebabkan konstipasi.
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Syarat terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks, kompleks logam biasanya memiliki warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri, indikator demikian disebut indikator metalokromat.
EDTA terdapat sebagai kristal H4Y dan kristal dalam garam dinatriumnya, N2H2Y.2H2O. kristal H4Y sukar larut dalam air, untuk melarutkannya digunakan NaOH yang cukup untuk pembentukan garam dinatrium tersebut yang sangat mudah larut dalam air, dalam larutan tertentu saja garam mengion menjadi ion H2Y2- (Harjadi 1989). Faktor yang membuat EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetrik adalah dengan ion logam selalu terbentuk kompleks sehingga reaksi berjalan satu tahap, konstan kestabilan kelatnya umumnya besar sekali sehingga reaksinya sempurna, dan banyak ion logam yang bereaksi cepat. Titrasi langsung dapat dilakukan dengan menggunakan indikator logam dan terbatas pada kation yang bereaksi cepat dengan EDTA. Indikator jenis inicontohnya adalah Eriochrome black T ( Khopkar 1990). Kelemahan Erio T adalah larutannya tidak stabil, biladisimpan akan terjadi peruraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu, indikator tidak berfungsi lagi.
Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10 sering digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak (Underwood, 1994). Kompleks Mg-EDTA mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan tidak digantikan dengan magnesium. Cara ini dapat juga untuk menentukan logam dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca dalam CaSOa (Underwood, 1994). Titrasi substitusi atau berganti, berguna bila tidak ada indikator yang sesuai untuk ion logam yang ditentukan. Sebuah larutan berlebih yang mengandung kompleks MgEDTAditambahkan dan ion logam misalnya M2+, menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relativelemah itu (Underwood,1994 In Dewi, 2012).

IV.             LANGKAH KERJA
a.      Penentuan Ca
1.      Ambil sampel air sebanyak 25 ml dengan menggunakan gelas ukur
2.      Ambil dan tambahkan NH2OH – Hcl 3%
3.      Tambahkan 2 ml NaCN dan KCN 2.5 %
4.      Tambah  3 tetes indicator murexida
5.      Tambahkan larutan standart NaEDTA 100 ml
6.      Kemudian titrasi, dan lihatlah perubahan warnnya, dari merah jambu – ungu gelap.
7.      Hitunglah suspensi dengan rumus
Ppm ca = 1000/sampel air x factor x ml titrasi
Factor =0.90
b.      Penentuan CaCO3
1.   Ambil sampel air sebanyak 25 ml dengan menggunakan gelas ukur
2.   Ambil dan tambahkan NH2OH – Hcl 3%
3.   Tambahkan 2 ml NaCN dan KCN 2.5 %
4.   Tambahkan I ml, NaOH2N
5.   Tambah  3 tetes indicator murexida
6.   Tambahkan larutan standart NaEDTA 100 ml, air warna biru
7.   Kemudian titrasi, dan lihatlah perubahan warnnya, sampai warna biru.
8.   Hitunglah suspensi dengan rumus
Ppm caco3 = 1000/sampel air x factor x ml titrasi
Factor =1.35

V.                HASIL PRAKTIKUM
Berikut adalah hasil dari praktikum yang telah dilakukan:
a.      Penentuan Ca
ppm CaCo3 Tali arus = 
                                     = 40 x 1.35 x 4.8
                                     = 259.2

ppm CaCo3 Pinggir(Sedimen)1   = 
                                                      = 40 x 1.35 x 2
                                                      = 108
b.      Penentuan CaCo3
Ppm ca = 1000/sampel air x factor koreksi x ml titrasi
Factor koreksi=1.35
Posisi
Sampel Air
NH2OH – HCL 3%
NaCN & KCN 2.5%
NH4OH
EBT (tetes)
Na2EDTA
Ppm (ml)
Tali Arus
25 ml
1 ml
1 ml
1 ml
2
4.8 ml
259.2
Pinggir (Sedimen)
25 ml
1 ml
1 ml
1 ml
2
1.2 ml
2.5 ml
108
270

VI.             PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas mengenai kandungan Ca dan CaCo3 yang ada pada sampel air. Sampel air yang digunakan merupakan air yang berasal dari daerah kapur untuk CaCo3, dan untuk Ca adalah sampel air dari sungai Berantas. Percobaan pada sampel air sungai Brantas untuk kandungan Ca dan CaCO3 tidak berhasil atau gagal, karena warna ketika setelah di titrasi tidak berubah. Hal ini disebabkan Karena air yang mengalir di sungai Brantas tidak memiliki kadar kapur.
Kandungan Ca merupakan kandungan kalsium yang terpadat dalam air, sedangkan CaCO3 merupakan kalsium karbonat yang terdapat pada air, dimana kelarutan dalam air meningkat dengan adanya sedikit garam amonium atau karbon dioksida. Salah satu sifat kimia dari kalsium karbonat yaitu dapat menetralisasi asam. Penggunaan kalsium karbonat dalam bidang farmasi adalah sebagai antasida karena kemampuannya dalam menetralisir asam, namun kalsium karbonat dapat menyebabkan konstipasi.
Dari hasil praktikum tersebut dapat diketahui kandungan Ca pada air adalah 0, sedangkan kandungan CaCO3 pada sampel arus sebesar 259.2 ppm dan pada sedimen 1 adalah 108 dan pada sedimen 2 adalah 270 ppm. Kandungan ppm pada air sedimen 2 lebih tinggi dari arus, hal ini disebabkan Karena factor sedimentasi dari bahan-bahan yang ada di air tersebut.

VII.          KESIMPULAN
Hasil praktikum tersebut dapat diketahui kandungan Ca pada sampel air yang digunakan  adalah 0, sedangkan untuk kandungan CaCO3 pada sampel tali arus adalah sebesar 259.2 ppm dan pada pinggir sungai (sedimen) 1 adalah 108 dan pada sedimen 2 adalah 270 ppm.
Dalam melakukan praktikum ini perlu hati-hati karena terdapat zat kimia yang berbahaya, sehingga dalam melakukan praktikum harus menggunakan peralatan praktikum yang lengkap, jas laboratorium, masker dan kaos tangan. Untuk menghindari kecelakaaan di laboratorium. Selain itu juga dalam mengambil zat kimia juga harus hati-hati agar tidak mengenai tubuh.

VIII.       DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Meita. 2012. Kandungan CaCO3 pada Cangkang Telur, (Online), (https://meitaisme.wordpress.com/tuu-gaasss/kimia-analitik/laporan-kandungan-caco3-dalam- cangkang-telur/), diakses pada tanggal 11 April 2015.
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Yuni. 2013. Penetapan Kadar Kalsium CaCO3. (Online) (https://www.academia.edu/5425670/PENETAPAN_KADAR_KALSIUM_CACO3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIGITASI ON SCREEN

Penentuan Kandungan CL (Klorida) dalam Air

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH