UJI KEBASAAN
ACARA V
UJI KEBASAAN
I.
Tujuan
Mengetahui kandungan
suspensi dalam air.
II.
Alat dan Bahan
a.
Alat
1. Becker
2. Buret
3. Gelas
Ukur
4. Elemeyer
b.
Bahan
1. Larurtan
standart H2 So4
2. Larutan
indikator PP
3. Indikator
meytil orange
4. Sampel
Air
III.
Dasar Teori
Gravimetri
merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang
telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah
melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsure atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari
penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal
kesenyawaan murni stabil yang
dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode
gravimetrik memakan waktu yang
cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu
faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Khopkar, 1990 in Sartini).
Analisis
gravimetri merupakan salah satu bagian dari kimia analitik. Langkah pengukuran
pada cara gravimetri adalah pengukuran berat, analit secara fisik dipisakan
dari semua komponen lainnya maupun dari solvennya. Pengendapan merupakan teknik
yang secara luas digunakan untuk memisahkan analit dari gangguan-gangguan
(Underwood, 1981 In Sartini).
Metoda
gravimetri adalah suatu metoda analisis secara kuantitatif yang berdasarkan
pada prinsip penimbangan. Analisis gravimetri digunakan pada beberapa bidang
diantaranya untuk mengetahui suatu spesies senyawa dan kandungan-kandungan
unsur tertentu/molekul dari suatu senyawa murni yang diketahui berdasarkan pada
perubahan berat. Analisis kandungan air didalam uranium oksida dengan metoda gravimetri
(ASTM C-696) menggunakan alat microprocessor oven. Air terserap secara fisika
oleh suatu bahan padat danbukan membentuk ikatan kimia dalam suatu bahan dapat
dilepaskan lagi dengan cara membentuk uap. Pelepasan air ini sangat tergantung
pada suhu dan waktu (Okdayani, 2010 In Sartini).
Sulfat
di dalam senyawa organik terdapat sebagai thiophenols dan thiophenes. Batubara
dengan kandungan sulfur tinggi
ketika dibakar akan terbentuk sulfur
dioksida yang dapat menyebabkan polusi di dalam udara. Ada beberapa metoda
analisis sulfat, yaitu pertama
metoda gravimetri, sangat tergantung pada konsentrasi Sulfat yang ada dalam
larutan, untuk konsentrasi yang kecil akan terbentuk endapan koloid (sangat
halus) sehingga endapan yang terbentuk susah dipisahkan (sulit penyaringannya)
selain hal di atas waktu pengerjaan dengan gravimetri cukup lama. Kedua, metoda
titrimetri, perlakuannya (preparasi dan analisisnya) dilakukan secara
konvensional butuh waktu yang lama dan dibutuhkan indikator untuk penentuan end point nya. Dan ketiga, metoda
potensiometri, waktu lebih cepat dibandingkan dengan kedua metoda di atas dan
tanpa indikator, caranya sama dengan titrimetri bedanya penentuan titik
akhirnya (end point) menggunakan elektroda ion selektif kalsium (Yudhi, 2009 In Sartini).
IV.
Langkah Kerja
1. Ambil sampel air sungai pada tali arus sebanyak 25 ml ,
masukkan ke dalam gelas beker.
2. Kemudian tetesi dengan cairan indikator PP sebanyak 2-4
tetes .
3. Setelah ditetesi , kemudian kocok atau goyangkan sampel air
tersebut hingga berwarna semu merah muda .
4. Bila sampel air tak kunjung berwarna merah muda , lanjutkan
praktikum tersebut pada tahap selanjutnya. Dengan menetesi sampel air tersebut
menggunakan cairan metil oren sebanyak 2-4 tetes. Kemudian kocok atau goyangkan
lagi. Tunggu hingga sampel air berubah warna menjadi oren .
5. Selanjutnya siapkan buret dan statif.
6. Isi buret dengan cairan H2SO4 hingga penuh.
7. Kemudian lakukan titrasi pada sampel air yang tadi .
8. Kocok dan goyangkan sampel air tersebut hingga warna sampel
air menjadi merah muda .
9. Catat berapa jumlah H2SO4 yang terpakai pada buret.
10. Hitung besar nilai kebasaan (ppm) dengan menggunakan rumus
V.
Hasil Praktikum
A. Sampel Tali Arus
-
Jumlah
sampel : 25 mL
-
Indikator
PP : pink semu
-
Metil
Orange : orange
-
membutuhkan
11,1 mL h2so4 (43,7mL – 32,6 mL) à berubah warna menjadi merah muda
-
ppm = (1000/25x(11,1)x1,1 = 488,4 ppm
-
Epm = 488,4 ppm x 0,01639 = 8,004876
B. Sampel Tepi Arus
-
Jumlah
sampel : 25 mL
-
Indikator
PP : pink semu
-
Metil
Orange : orange
-
membutuhkan
10 mL H2SO4 (32,6 mL – 22,6 mL) à berubah warna menjadi pink
- merah.
-
Ppm =
(1000/25x(10)x1,1 = 440 ppm
-
Epm =
440 ppm x 0,01639 = 349,0388
VI.
Pembahasan
Pada praktikum ini, kami melakukan uji kebasaan pada sampel
yang telah diambil dengan menggunakan cairan PhenolePhetalein (PP), Metil
Orange dan H2SO4. Sampel yang kami gunakan untuk praktikum ini adalah sampel
air sungai brantas yang diambil di utara jembatan Drs. Moh. Hatta, Pendem, Kota
Batu.
Pada sampel yang pertama yaitu sampel air yang diambil di
tali arus sungai. Pada sampel ini ketika ditetesi indikator PP, terdapat reaksi
yaitu air berubah menjadi pink semu. Apabila sampel tidak bereaksi, hal
berikutnya yang harus dilakukan adalah menetesi sampel tersebut dengan
menggunakan cairan metil orange dan setelah itu dilakukan proses titrasi dengan
menggunakan cairan H2SO4. Sembari dititrasi, goyangkan gelas beker yang berisi
sampel tersebut agar nantinya reaksi bekerja secara menyeluruh, tidak di satu
titik saja. Tetesi hingga sampel air berwarna merah muda dan saat sampel sudah
berwarna merah muda, catatlah jumlah H2SO4 yang digunakan untuk merubah sampel
air menjadi merah muda tersebut. Jumlah H2SO4 yang berkurang inilah yang
nantinya digunakan sebagai indikator yang dihitung menggunakan rumus PPm dan
EPM untuk menentukan jumlah kandungan senyawa kimia terlarut dalam sampel air
di tali arus. Hal yang sama dilakukan
pada sampel yang kedua yaitu sampel air sungai yang diambil di bagian tepi
arus.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus dapat diketahui bahwa
nilai PPm dari sampel tali arus adalah ppm =
(1000/25x(11,1)x1,1 = 488,4 ppm dan nilai Epm = 488,4 ppm x 0,01639 = 8,004876. Nilai ppm tersebut mendefinisikan bahwa dalam 1 per satu
juta bagian air terdapat 488,4 senyawa kimia yang larut. Nilai tersebut tergolong
kedalam kategori tinggi, sehingga pH sampel tali arus ini mendekati basa
(>7). Hal ini terjadi karena ketika di tetesi dengan larutan PP air sampel
langsung berubah menjadi warna pink semu yang mengindikasikan air berubah
menjadi basa. Proses perubahan Ph air ini disebabkan karena proses uji kebasaan
dilakukan beberapa minggu setelah pengambilan sampel dimana sampel air hanya
diletakkan pada tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari.
Sedangkan untuk sampel tepi arus ini memiliki nilai Ppm = (1000/25x(10)x1,1
= 440 ppm dan nilai Epm = 440 ppm x 0,01639 = 349,0388. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa jumlah senyawa yang ada di 1 per satu juta air itu
berjumlah 349 senyawa kimia. Hal tersebut juga tergolong ke kategori tinggi
sehingga sampel tepi arus ini juga termasuk basa.
Dari
perhitungan tersebut dapat kita ketahui bahwa sampel tepi arus memiliki
kandungan senyawa yang lebih sedikit daripada sampel tali arus. Adanya senyawa
senyawa ini disebabkan oleh limbah limbah yang dibuang di sungai tempat
mengambil sampel, limbah tersebut bisa berasal dari limbah rumah tangga, limbah
rumah sakit, dan limbah limbah lainnya lagi.
VII.
Kesimpulan
Pada
praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa ketika dalam mengetahui
kualitas air terdapat beberapa parameter didalamnya terdiri dari sifat fisika
dan kimia. Sampel air
yang kami jadikan sebagai bahan dalam praktikum ini bersifat basa, hal ini
dikarenakan pada saat ditetesi indikator PP, air tersebut bereaksi. Kandungan senyawa kimia yang ada di tepi arus lebih tinggi
daripada di tali arus. Larutan
yang tersuspensi juga dapat digunakan sebagai sebuah parameter tingkat
pencemaran dalam air. Semakin tinggi kandungan yang tersuspensi dalam air,
semakin tinggi pula tingkat pencemarannya.
VIII.
Daftar Pustaka
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta:
Kanisius.
Komentar
Posting Komentar